AIRSPACE REVIEW – Angkatan Laut AS (US Navy) memberi nama “Murder Hornet” (Tawon Pembunuh) bagi jet tempur F/A-18E/F Super Hornet-nya yang dilengkapi dengan sembilan rudal udara ke udara.
Kesembilan rudal tersebut terdiri dari 5 AIM-120 AMRAAM dan 4 AIM-9X Sidewinder.
Nama Murder Hornet diambil dari kejadian di tahun 2019 ketika lebah raksasa Asia muncul di negara bagian Washington dan meninggalkan jejak kehancuran melalui sarang-sarang lebah tersebut.
Pemberian nama Murder Hornet untuk F/A-18E/F tercantum dalam dalam lembar fakta tinjauan tahunan tahun 2024 yang diterbitkan oleh kabinet Kepala Operasi Angkatan Laut (CNO).
Konfigurasi rudal udara ke udara Murder Hornet untuk F/A-18E/F Super Hornet dikembangkan berdasarkan kebutuhan operasional yang mendesak.
Konfigurasi ini juga diterapkan untuk melengkapi varian EA-18G Growler dengan penambahan rudal AIM-9X.
Seperti diketahui, karena EA-18G memiliki receiver pita lebar AN/ALQ-218 di ujung sayap, EA-18G tidak dapat membawa Sidewinder di stasiun tersebut. Dari sini dilakukan upaya untuk memungkinkannya membawa rudal di dua stasiun terluar di bawah sayap (stasiun 2 dan 10).
Dengan melakukan modifikasi yang sama pada F/A-18E/F, Super Hornet diberi kemampuan untuk membawa empat AIM-9X, bukan hanya dua.
Divisi Pesawat Pusat Peperangan Udara Angkatan Laut (NAWCAD) NAVAIR bekerja sama dengan PEO (U&W) menyediakan jalur yang dipercepat untuk menghasilkan otorisasi penerbangan guna integrasi rudal AIM-9 di stasiun luar sayap bawah.
Modifikasi tersebut didorong oleh kebutuhan untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi armada Super Hornet dan Growler yang terbang di atas Laut Merah ketika menghadapi drone milik Houthi.
Tidak mengherankan apabila armada Murder Hornet ini pertama kali terlihat di wing udara yang ada di kapal induk USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) pada April 2024 ketika kapal induk ini beroperasi di Timur Tengah.
F/A-18E/F Murder Hornet tersebut dioperasikan oleh Skadron Tempur Serang 105 “Gunslinger”. (RNS)