AIRSPACE REVIEW – Gagal mendapatkan jet tempur siluman F-35 Lightning II dari Amerika Serikat, Angkatan Udara Kerajaan Thailand (RTAF) mencari jet tempur lain dan telah mengerucutkan pilihan pada dua pesawat, yakni Gripen E dari Saab Swedia dan F-16 Block 70 dari AS.
Panglima Angkatan Udara Thailand Marsekal Phanpakdi Patankul mengatakan, kedua pesawat akan bersaing menghadirkan keunggulannya masing-masing. RTAF membutuhkan pesawat baru untuk memenuhi kebutuhan tiga skuadron yang saat ini menerbangkan pesawat tua. Setiap skuadron jet tempur RTAF diisi oleh dua belas unit pesawat tempur.
Bangkok Post melaporkan, proses tender pengadaan jet tempur RTAF akan dimulai pada Oktober 2024. Prosesnya dimulai dengan pengadaan empat unit pertama, dilanjutkan dengan pengadaan unit berikutnya secara bertahap.
Lockheed Martin mengungkapkan, jet F-16 Block 70 yang memiliki nama Viper merupakan varian F-16 terbaru yang telah menjalani peningkatan besar-besaran dan disebut-sebut menyamai kemampuan F-22 Raptor dan F-35.
Demikian dengan Saab menyatakan bahwa Gripen E merupakan varian tercanggih dari keluarga Gripen. Pesawat ini telah dibeli untuk Angkatan Udara Brasil dan Angkatan Udara Swedia. Pesawat memiliki fitur unik perang yang berpusat pada jaringan, yang memungkinkan komunikasi tanpa batas dengan unit sekutu lainnya.
Baik Viper maupun Gripen E, masing-masing dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanned Array (AESA), yakni AN/APG-83 SABR dan Raven ES-05.
Lalu manakah pesawat yang akan terpilih? Keduanya dapat dikatakan memiliki peluang yang sama karena RTAF telah mengoperasikan kedua jenis pesawat, walaupun dari versi lama. RTAF saat ini mengoperasikan 62 jet tempur, terdiri dari 50 F-16A/B dan 12 Gripen C/D.
Perlu dicatat bahwa, seperti yang terjadi di semua negara, usulan dari calon pengguna, faktor geopolitik, dan kebijakan masing-masing pemerintah akan menentukan dalam hal pemilihan sistem persenjataan, termasuk akuisisi jet tempur dalam hal ini. (RNS)
Wah ternyata di ASEAN jumlah F-16 kita paling “mungil”. RTAF kemungkinan besar tetap memilih Gripen-E