AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kelompok Houthi Yaman telah melancarkan serangan baru menggunakan persenjataan antikapal, serangan drone, dan serangan rudal permukaan ke permukaan pada 26 Desember di sekitar ujung selatan Laut Merah.
Komando Pusat AS melaporkan kapal perusak kelas Arleigh Burke USS Laboon (DDG-58) dan pesawat F/A-18 Super Hornet dari gugus kapal induk USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) menembak jatuh selusin drone serang, tiga rudal balistik antikapal, dan dua rudal permukaan ke permukaan.
Rangkaian aksi tersebut terjadi selama 10 jam mulai pukul 06.30 waktu setempat. Tidak ada satupun senjata yang mengenai sasarannya.
Keberhasilan ini tercatat sebagai ‘aerial kill’ kedua yang dilakukan oleh F/A-18E/F Super Hornet. Yang pertama adalah terhadap Su-22 di Suriah pada tahun 2017, The Drive melaporkan (26/12).
Penggunaan Super Hornet dalam peran pertahanan udara bukan kebetulan, karena saat ini mereka bersama kapal induk USS Dwight D. Eisenhower memang sedang melaksanakan misi di Teluk Aden.
Perairan ini dipisahkan dari Laut Merah oleh Selat Bab el-Madeb yang sempit dan penuh gejolak.
Super Hornet adalah aset yang mampu melawan drone dan rudal jelajah. Radar AN/APG-79 mereka merupakan radar Active Electronically Scanning Array (AESA) paling canggih saat ini.
AESA lebih dari mampu mendeteksi, melacak, dan membantu dalam menghadapi target yang terbang rendah dan kecil seperti drone dan rudal jelajah.
Pod penargetan ATFLIR mereka juga dapat memberikan visual target dari jauh yang berguna untuk tujuan Identifikasi Teman atau Musuh (IFF).
Super Hornet Angkatan Laut AS juga dapat membawa sistem Pencarian dan Pelacakan Inframerah (IRST) canggih.
Sementara rudal AIM-9X Sidewinder dan AIM-120 AMRAAM Super Hornet keduanya mampu melawan pesawat terbang, drone dan rudal jelajah. Selain itu pesawat juga dilengkapi meriam 20 mm.
Fitur Super Hornet yang paling ampuh mungkin adalah kemampuan jaringannya, yang memungkinkannya menerima dan berbagi informasi penargetan berkualitas tinggi dari kombatan kapal permukaan yang dilengkapi Aegis di bawah dan pesawat E-2D Hawkeye di atas.
-RBS-
Sebenarnya jet tempur F18 Super Hornet kalah jauh dengan SU 27, beberapa kali saat latgab dengan Australia.