Penerbang J-7 Komando Teater Barat China melakukan konversi ke J-16

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sejumlah penerbang tempur J-7 Komando Teater Barat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) mulai melakukan konversi ke jet tempur J-16 yang lebih canggih.

Komando Teater Barat bertanggung jawab atas keamanan di wilayah perbatasan China dengan India di mana ketegangan telah berkobar pada Juni 2020 lalu.

J-16 saat ini merupakan satu-satunya pesawat tempur China kelas atas yang dikerahkan di bawah komando tersebut.

J-16 telah dilengkapi radar AESA

Sementara J-10C, Su-35, dan jet tempur generasi kelima J-20 dikerahkan di bawah Komando Teater Timur dan Selatan untuk menghadapi Jepang, Taiwan, dan Amerika Serikat serta pendukung Barat.

J-16 dinilai sangat tepat ditempatkan di Komando Teater Barat yang memiliki sedikit pangkalan udara dan seringkali beroperasi di wilayah dataran tinggi.

Pesawat tempur ini adalah yang pertama di PLAAF yang menggunakan radar AESA. J-16 tidak hanya kuat, namun dinilai sulit untuk dilumpuhkan. Dikabarkan, pesawat ini juga telah menggunakan lapisan penyerap gelombang radar.

J-16 new coatingChinamil

J-16 dilengkapi dengan rudal udara ke udara jarak jauh PL-15 terbaru. Kombinasi rudal ini dengan radar AESA memberikan manfaat yang luar biasa.

Konversi (atau transisi di pesawat baru) dari J-7 ke J-16, menurut Military Watch, merupakan perubahan yang sangat dramatis untuk unit tempur PLA.

J-7 teknonogi 1965, sedangkan J-16 mulai berdinas sejak 2015

J-7 merupakan hasil teknologi tahun 1965. Sedangkan J-16 adalah jet tempur yang baru berdinas sejak 2015.

Artinya, kedua pesawat berbeda umur secara teknologi hampir setengah abad.

Untuk diketahui, J-7 dibuat China berdasarkan jet MiG-21 yang telah digunakan Uni Soviet sejak 1959.

Baca Juga: Jet latih China JL-9 ‘Elang Gunung’ akan dimodifikasi jadi jet latih kapal induk

Kedua pesawat juga berbeda kelas. MiG-21 yang berbobot 8.350 kg merupakan jet tempur kelas ringan. Sedangkan J-16 merupakan jet tempur kelas berat dengan bobot 26 kg.

Meski demikian, J-7 tetap merupakan pesawat yang tangguh dan berhasil diproduksi hingga tahun 2013. Varian terakhir, yaitu J-7G digunakan oleh PLAAF sejak 2003.

Berbeda dengan J-7 awal, J-7G merupakan pesawat tempur modern generasi keempat

Berbeda dengan J-7 awal, J-7G dengan segala modernisasinya dapat dikatakan sebagai jet tempur generasi keempat.

Dari sisi pengoperasian, J-7G jelas memiliki keterbatasan daya jangkau dibanding J-16 yang mempunyai tangki bahan bakar yang besar.

Baca Juga: Ikut Kompetisi Udara Aviadarts di Rusia, PLAAF Turunkan Armada Terbaiknya

Tetapi, untuk tugas-tugas jarak dekat, tentu saja J-7G yang memiliki biaya operasi lebih ringan dinilai lebih efisien. Masing-masing pesawat memang saling melengkapi.

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *