AIRSPACE REVIEW – QinetiQ bekerja sama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan White Sands Missile Range High Energy Laser Systems Test Facility (HELSTF), berhasil melaksanakan penerbangan perdana target drone supersonik yang dinamai Rattler Supersonic Target MkI. Dua drone diuji dalam penerbangan ini sekaligus.
Drone desain terbaru Rattler dikembangkan sebagai bagian dari program High Energy Laser Measurement (HELM) serta proyek Penelitian dan Pengembangan yang didanai QinetiQ.
Graham Ollis, Direktur Pelaksana Representasi Ancaman di QinetiQ, mengatakan penerbangan ini merupakan tonggak penting dalam proyek transisi Rattler ke layanan, dan menunjukkan kemampuan target supersonik dalam tindakan untuk pelanggan AS.
Meniru berbagai ancaman rudal tingkat lanjut, Rattler ST dipasarkan sebagai platform target supersonik hemat biaya yang dirancang untuk replikasi ancaman, pelatihan operasional, dan evaluasi sistem.
QinetiQ menyesuaikan platform untuk mendukung program HELM Rattler Departemen Pertahanan AS. Pesawat tak berawak ini mengintegrasikan papan target pihak ketiga untuk mengukur karakteristik laser berenergi tinggi dalam penerbangan dengan kecepatan supersonik.
Program senilai 10 juta USD tersebut dimulai pada bulan Februari 2022 dan dijadwalkan berakhir pada pertengahan tahun 2024.
Menurut Perkiraan Pasar Kendaraan Udara Tak Berawak (UAV) Militer Global 2023-2033 dari GlobalData, pasar UAV bernilai 10,9 miliar USD pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh sebesar 5,5% hingga tahun 2033.
Pasar ini terdiri dari lima kategori, yaitu High-Altitude Long-Endurance (HALE) UAV, Medium-Altitude Long-Endurance (MALE) UAV, Tactical Unmanned Air Vehicle (TUAV), Loitering Munition (drone kamikaze), and Target Drone.
Asia-Pasifik diproyeksikan mendominasi sektor ini dengan pangsa sebesar 41,8%, diikuti oleh Eropa sebesar 31%, dan Amerika Utara sebesar 18,2%. (RNS)