AIRSPACE REVIEW – Skuadron Udara 800, Wing Udara 2, Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) mengoperasikan pesawat CN235-220 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Salah satu pesawat CN235-220 MPA yang dioperasikan memiliki registrasi P-8303.
Pesawat ini dilengkapi dengan peralatan pengintaian di bagian sisi belakang kabinnya. Meski demikian, kabin pesawat ini juga didesain mampu untuk melakukan angkutan udara VIP.
Dalam penerbangan dari dari Palu, Sulawesi Tengah menuju Surabaya, Jawa Timur peralatan tersebut ditinjau oleh Panglima Komando Armada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata.
Saat itu pesawat sedang diterbangkan oleh pilot Kapten Laut (P) Yudistira, kopilot Letda Laut (P) Ibrohim, dan Lettu Laut (P/W) Arum sebagai Tactical Console (TACCO), seperti diberitakan Puspenerbal.
CN235-220 MPA Puspenerbal dilengkapi beberapa fitur, di antaranya Automatic Identification System (AIS) yang merupakan sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal.
Pesawat juga dilengkapi dengan Forward Looking Infra Red (FLIR) Star Safire 380HD yang berfungsi mendeteksi serta mengklasifikasikan target. Perangkat ini mampu merekam situasi di seitar wilayah terbang untuk evaluasi misi dalam kondisi siang atau malam hari.
Lalu ada juga radar intai AN/APS-143C(V)3 OceanEye buatan Raytheon, Amerika Serikat. Radar yang ditanam dalam perut CN235 ini memiliki kemampuan mendeteksi objek di atas permukaan laut yang bergerak cepat sekalipun hingga jarak 200 mil laut. Pesawat juga dilengkapi dengan perangkat Identification Friend or Foe (IFF).
CN235-220 MPA mampu terbang selama delapan jam atau menjangkau jarak hingga 2.098 mil (3.376 km). Pesawat ini juga dirancang mampu lepas landas dengan jarak pendek meski kondisi landasan belum beraspal.
Pesawat telah dilengkapi sistem avionik glass cockpit, autopilot, dan winglet di ujung sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar. (RNS)