AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Komando Tempur Udara (ACC) AS baru-baru ini merilis temuan laporan Dewan Investigasi Kecelakaan terkait kecelakaan F-35A yang terjadi pada 19 Oktober 2022 lalu di Pangkalan Angkatan Udara Hill, Utah.
Laporan tersebut menyoroti rangkaian peristiwa yang menyebabkan kecelakaan F-35A, yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya pesawat USAF senilai 166,3 juta dolar AS tersebut.
Kecelakaan terjadi pada saat penerbangan formasi empat pesawat yang baru kembali dari kegiatan pelatihan di wilayah udara Utah Test and Training Range.
Saat itu pilot F-35A dari Skadron Tempur ke-388 sedang melakukan approach untuk mendarat di Hill AFB, ketika tiba-tiba dia mengalami sedikit goncangan dengan pesawatnya yang disebabkan oleh turbulensi udara dari pesawat di depan sebelumnya.
Gangguan udara ini faktanya menyebabkan input yang tidak menentu dalam Aplikasi Data Udara (ADA) di pesawat.
Akibatnya, ADA menghasilkan output yang salah, mengakibatkan kontrol penerbangan pesawat tidak merespons dengan benar kondisi aktual F-35A saat itu.
Bahkan, kontrol penerbangan manual gagal bereaksi dengan tepat terhadap input pilot.
Menyadari gawatnya situasi, pilot berusaha untuk mendapatkan kembali kendali dengan memilih mengaktifkan tenaga afterburner penuh.
Namun, karena ketinggian yang rendah, kecepatan udara yang rendah, dan jalur penerbangan yang miring, upaya pilot terbukti sia-sia. Akhirnya pilot mengambil keputusan untuk melontarkan diri demi menyelamatkan diri dari kondisi terburuk.
Untungnya, kata ACC, pilot berhasil keluar dengan selamat dan hanya mengalami luka ringan. Namun, pesawat itu hancur total saat terjadi benturan.
Setelah diselidiki, Dewan Investigasi Kecelakaan mengidentifikasi bahwa akar penyebab kecelakaan itu disebabkan oleh kesalahan Sistem Data Udara akibat turbulensi udara yang terjadi sesaat sebelum mendarat.
Kesalahan ini menyebabkan F-35A kehilangan kendali penerbangan, membuat pilot tidak memiliki kesempatan untuk memulihkan keadaan pesawat.
Selain kesalahan sistem, penyelidikan juga menemukan faktor yang berkontribusi signifikan menjadi kegagalan pilot untuk mematuhi prosedur wake turbulence.
Mereka tidak menambah jarak pendaratan dari pesawat sebelumnya, seperti yang dipersyaratkan, menyebabkan turbulensi yang tidak stabil yang memulai rangkaian peristiwa.
Puing-puing dari F-35A yang jatuh tersebar melintasi batas lapangan terbang, dengan bagian kokpit, kanopi, dan kursi lontar mendarat tepat di luar garis pagar.
-RNS-