AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Lockheed Martin dan Kantor Program Gabungan F-35 telah berhasil menyerahkan 700 F-35 kepada para pelanggan hingga tanggal 27 September 2021.
Amerika Serikat menjadi operator terbesar dengan mengoperasikan sebanyak 465 unit. Sementara sisanya sebanyak 132 unit telah dimiliki oleh negara-negara di kawasan Eropa serta 103 dimiliki oleh negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.
Dengan 700 unit F-35 telah diserahkan kepada AS dan negara-negara pelanggan, maka peningkatan armada sekutu secara global telah meningkat secara signifikan.
Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengatakan, F-35 merupakan armada pencegah strategis yang dapat memenangkan pertempuran.
Kendall juga menegaskan bahwa para pemimpin senior pertahanan AS telah menegaskan kembali dukungan kuat mereka untuk F-35 yang oleh Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Charles Q. Brown, Jr. disebut sebagai “landasan” armada tempur.
Saat ini sebanyak 14 negara telah menyatakan komitmennya untuk mengakuisisi F-35 dan jumlahnya akan terus bertambah.
AS dan negara sekutu, kata Kendall seperti diberitakan F35.com, terus memperkuat kemitraan, keamanan, dan pertumbuhan ekonomi melalui program F-35.
Dengan memanfaatkan investasi kolektif dan skala ekonomi, biaya F-35 akan menurun di seluruh program.
1.460 pilot dan 11.025 teknisi F-35
Sementara itu, Sekretaris Pers Pentagon John F. Kirby menyatakan, F-35 akan tetap menjadi sistem udara pilihan utama untuk tiga angkatan bersenjata, tujuh mitra internasional, dan enam pelanggan penjualan militer asing.
Saat ini, F-35 beroperasi dari 21 pangkalan di seluruh dunia.
Lebih dari 1.460 pilot dan 11.025 teknisi telah dilatih untuk mengoperasikan F-35.
Untuk akumulasi jam terbang, F-35 secara global telah melampaui 430.000 jam terbang kumulatif.
USAF dalam rencana pembeliannya menuliskan 1.763 F-35A akan diakuisisi.
Sementara Korps Marinir AS (USMC) mencanangkan pengadaan 353 F-35B dan 67 F-35C.
Kemudian Angkatan Laut AS (US Navy) mencanangkan pengadaan 260 F-35C.
RNS