Exercise Red Flag 21-1, Pengerahan Agresor dari Tiga Domain Utama

Red Flag 21-1_Airspace Review

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Latihan Bendera Merah (Exercise Red Flag) merupakan latihan tempur udara lanjutan terbesar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) selama kurang lebih dua minggu dan sedikitnya empat kali dalam setahun.

Latihan yang melibatkan ratusan pesawat tempur ini bertujuan menawarkan pelatihan pertempuran udara yang realistis bagi para penerbang militer dan para awak penerbangan lainnya. Peserta utama dari latihan ini adalah AS dan melibatkan beberara negara sekutu.

Red Flag dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Pangkalan Udara Nellis, Nevada dan di Pangkalan Udara Eielson, Alasaka.

Latihan ini pertama kali digelar AS tahun 1975 dengan mempertemukan para awak penerbangan dari USAF, Angkatan Laut AS (USN), Korps Marinir AS (USMC), Angkatan Darat AS (US Army) serta sejumlah kekuatan dari negara-negara NATO.

Skuadron Pelatihan Tempur ke-414 (414 CTS) dari Grup Wing ke-57 (57 WG) menjadi panitia latihan di bawah naungan Pusat Perang Angkatan Udara Amerika Serikat (USAFWC) di Nellis AFB.

Di masa pandemi COVID-19 pada awal tahun ini, Red Flag 21-1 (Red Flag pertama di tahun 2021), telah dimulai pada 25 Januari lalu. Seperti latihan-latihan sebelumnya, latihan kali ini difokuskan pada persaingan kekuatan besar, musuh dan kekuatan pertahanan.

Komandan Grup Wing ke-57 Brigadir Jenderal Michael R. Drowley mengatakan, latihan Bendera Merah dilaksanakan untuk menyimulasikan kesiapan AS dan negara-negara sekutu dalam menghadapi perang susungguhnya sehingga kapan pun akan siap untuk menghadapi hal itu itu.

“Di masa lalu kami punya musuh samar-samar,” ujarnya.

Dan sekarang, kata Drowley, pendekatan strategis nasional diterapkan dalam kaitan operasi dunia di berbagai belahan dunia untuk menghadapi hal yang lebih nyata.

Seperti disiarkan USAF, Red Flag 21-1 melaksanakan 27 skenario yang ditingkatkan dari Strategi Pertahanan Nasional 2018. Latihan yang dilaksanakan hingga 12 Februari itu diikuti 2.400 personel dan melibatkan sejumlah pesawat USAF termasuk A-10, F-15E, F-16, F-22, F-35, B-1B, dan B-2.

Selain itu, Angkatan Luar Angkasa yang baru dibentuk, menerapkan kemampuan ruang angkasa ofensif dan pertahanan secara terintegrasi dengan angkatan lain.

USN turut serta dalam latihan ini dengan mengerahkan armada pesawat perang elektronik EA-18G Growler. Sementara US Army mengerahkan sejumlah personelnya untuk melaksanakan komando dan kendali tingkat operasional. Demikian juga dengan USMC yang menyertakan para personel komando dan kendali taktis.

Agresor udara, luar angkasa, dan siber

Drowley menekankan, dalam latihan ini dikerahkan kekuatan agresor dari berbagai domain, termasuk pesawat MiG serta para agresor yang datang dari dunia maya. Tiga domain utama agresor dalam latihan Red Flag 21-1 adalah domain udara, domain luar angkasa, dan domain siber (dunia maya).

Komandan Skuadron Pelatihan Tempur ke-414 Kolonel William A. Reese yang menjadi Direktur Latihan mengatakan, pasukan koalisi harus dapat menyusun rencana dan aksi untuk menghadang dan bahkan menghancurkan musuh yang datang dari berbagai domain. Apabila perencanaan dan aksi mereka salah, maka musuh dengan mudah dapat menemukannya.

“Musuh mereplikasi kekuatan di tiga domain, termasuk juga masukkan ancaman dari permukaan untuk menyerang pasukan koalisi,” kata Reese seraya menyebut latihan ini cukup berat. Latihan ini juga memberikan skenario penargetan yang lebih menantang kepada peserta.

Reese menyebut, panitia latihan telah membuat target-target yang lebih sulit dan menantang bagi pasukan koalisi, khususnya pada target udara ke darat. Pasukan koalisi dituntut untuk berpikir lebih cepat dan lebih gesit saat mereka terbang.

F-22 Raptor_Red Flag-21-1

F-22 dari Skuadron Tempur ke-525 ikut dalam Red Flag 21-1 di Nellis AFB.

Keberhasilan mendapatkan informasi sangat menentukan dalam latihan perang realistik ini. Oleh karena itu, pasukan koalisi dituntut untuk bisa mendapatkan dalam waktu yang cepat juga. Kalau tidak, mereka akan kehabisan waktu dan menjadi bulan-bulanan tim agresor.

Latihan tempur udara digelar di wilayah latihan udara di Nevada yang berukuran kurang lebih 120 mil kali 100 mil.

Tim Merah (musuh) memberikan berbagai ancaman musuh yang realistik untuk dilawan oleh Tim Biru (Pasukan Koalisi/Sahabat). Selain Skuadron Agresor ke-64 yang berbasis di Nellis, salah satu tim agresor atau Tim Merah yang lain diperankan oleh Skuadron Agresor Luar Angkasa (SAS) ke-26, sebuah unit Cadangan Angkatan Udara dar Wing ke-926 yang juga berbasis di Nellis.

Kemampuan para penerbang muda meningkat

Usai menyaksikan semua rangkaian latihan yang digelar, Reese mengakui dirinya takjub melihat kesigapan para penerbang muda dalam membuat keputusan dan tindakan taktis dan strategis yang nyata.

“Sungguh menakjubkan menyaksikan para penerbang muda kita dan para penjaga muda kita membuat keputusan nyata yang tampaknya bersifat taktis, tetapi mereka memang memiliki dampak tingkat strategis, berdasarkan bimbingan dari para seniornya,” ujar dia.

Latihan Red Flag tahun ini terlihat sedikit berbeda karena dilaksanakan di tengah terjadinya pandemi COVID-19. Seluruh pasukan yang terlibat dan berpartisipasi dalam latihan ini semuanya mengenakan masker, termasuk mereka yang berasal dari Inggris dan Australia.

F-35A Red Flag 21-1

F-35A dari Skudron Tempur ke-34 Hill AFB ikut dalam Red Flag 21-1 di Nellis AFB.

Selain Reese, Drowley juga mengaku puas menyaksikan latihan yang telah selesai digelar tersebut. Ia mengatakan, apa yang telah dicapai dalam latihan ini menunjukkan kemampuan yang terus meningkat.

“Kemampuan tingkat taktis yang memiliki umpan balik operasional dan dampak strategis. Kita bisa melihat lapisan kinetik dan non-kinetik. Kita dapat melihat bagaimana ruang angkasa memungkinkan platform tempur dan bagaimana platform pembom mengaktifkan efek dunia maya, dan bagaimana siber memfasilitasi keduanya, ”ujar dia.

Roni Sont

One Reply to “Exercise Red Flag 21-1, Pengerahan Agresor dari Tiga Domain Utama”

  1. kalo jumlah jet tempur dan semua sarana pendukung dah memadai, boleh ngimpi TNI AU punya skadron latih agressor hehehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *