AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Laut AS (AL AS/US Navy) akan memborong 22 jet tempur F-5E/F Tiger II milik Angkatan Udara Swiss (Schweizer Luftwaffe) dan memodifikasinya menjadi lebih modern melalui program ARTEMIS (Avionics Reconfiguration and Tactical Enhancement/Modernization for Stock Standardization)
Armada sang Macan itu akan digunakan untuk tujuan pelatihan tempur udara para penerbang tempurnya.
Diberitakan SwissInfo, AL AS telah menyediakan anggaran tahun 2020 sebesar 40 juta USD untuk memboyong seluruh pesawat tempur F-5E/F Swiss yang saat ini telah disterilisasi di tempat penyimpanan pesawat.
Pengiriman dijadwalkan pada Juni 2021
Dijadwalkan, proses pengiriman selurh F-5E/F akan dilaksanakan pada Juni 2021.
Badan Pengadaan Pertahanan Swiss, Armasuisse, membenarkan rencana tersebut akan direalisasikan pada musim panas tahun ini. Namun demikian ia menyebutkan, kontrak memang belum ditandatangani.
Karena, anggaran pertahanan yang telah disediakan tersebut terlebih dahulu harus mendapat pengesahan dari Kongres AS.
Armada F-5 yang akan dibeli ini telah digunakan oleh Swiss kurang lebih selama 35 tahun.
Swiss membeli 100 F-5 dan kini tersisa 53
Swiss telah membeli total 100 pesawat F-5E/F dan 53 di antaranya masih tersisa.
Dari jumlah tersebut hanya 26 yang beroperasi. Hal itu terjadi karena Swiss pada 2014 membatalkan rencana pembelian jet tempur Gripen sebagai penggantinya.
F-5E/F pesanan Swiss datang pada 1978 di Pangkalan Udara Emmen di Kanton Lucerne. Pesawat diangkut dengan menggunakan pesawat C-5 Galaxy dengan beberapa komponen dilepas untuk kemudian dirakit ulang di Swiss.
Baca Juga: Menang tipis, rakyat Swiss setuju pemerintah membeli jet tempur baru
Swiss saat ini sedang mencari pengganti F-5E/F dan F/A-18 Hornet dengan anggaran yang telah disediakan pemerintah sebesar 6 miliar CHF.
Empat pesawat sedang dievalusi sebagai pengganti armada Tiger. Yaitu Dassauilt Rafale, Eurofighter Typhoon, Boeing F/A-18E/F Super Hornet, dan Lockheed Martin F-35.
Roni Sontani
Ngga ada istilah tua dlm dunia penerbangan. Knp f-5 TNI tdk di manfaatkan untuk di ubah jd drone pembawa rudal. Pdhal disaat kondisi keuangan negara yg lg cekak akibat pandemi. Langkah ini lmyan efektif dan terjangkau. Atau di ubah jd drone bunuh diri. Dg kecepatan yg diatas Mach 1 lmyan mumpuni buat menghajar kapal perang berukuran besar.
Waduh, negara mana yang sudah memodifikasi jet tempur F-5 jadi drone? Kata siapa menjadi langkah efektif dan terjangkau? Berapa besar biaya risetnya? Berapa lama waktu riset dan pengujiannya? Pesawat tidak begitu saja bisa diterbangkan tanpa pilot. Apakah pesawat bisa tiba-tiba diperintahkan terbang dari hanggar tanpa pilot?