Tinjauan mengenai kebutuhan Seaplane di Indonesia

N219 AmfibiLAPAN/PTDI

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Wejangan Bapak Dirgantara Indonesia Prof Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie mengenai dirgantara, salah satunya adalah bahwa negara kepulauan seperti Indonesia tidak akan bisa tersambung tanpa adanya pesawat terbang.

Kenyataannya, saat ini di Indonesia penggunaan pesawat terbang hanya sebatas menghubungkan dari satu bandara ke bandara lainnya. Lalu bagaimana dengan nasib seaplane di negara kepulauan terbesar ini?

Saat ini di seaplane di Indonesia masih sangat minim. Hanya ada dua operator saja yang mengoperasikan pesawat jenis ini. Sangat kontradiktif dengan julukan sebagai “Negeri Seribu Pulau”.

Mengapa harus seaplane?

Penyiapan aerodrome di perairan lebih murah jika dibandingkan dengan di darat. Selain itu, pencarian lokasinya juga relatif lebih mudah, karena tidak banyak hambatan geografis daripada di daratan. Sementara di darat membutuhkan lahan datar yang luas dan biaya pembangunan yang mahal.

Kabar baik, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tengah mengembangkan varian pesawat N219 Amfibi yang akan dijadikan seaplane. Pesawat bermesin PT6A–42 ganda dengan kapasitas 19 penumpang ini dianggap mampu menghubungkan Indonesia dari pulau ke pulau.

Dengan kemampuan bobot maksimum lepas landas (MTOW) 7.030 kg, berjarak tempuh (19 Penumpang) 480 mil laut, dan berkecepatan jelajah maksimum 210 knot, dipastikan N219 mampu menjadi solusi peningkatan keselamatan hingga tercapainya waktu tempuh yang lebih singkat untuk menyeberang antarpulau kecil di Indonesia.

Semisal dari Ambon ke Banda Naira, untuk mencapai pulau tersebut masyarakat atau wisatawan biasa menggunakan speedboat dengan waktu tempuh 8 jam.

N219 Amfibi
LAPAN/PTDI

Sedangkan bila menggunakan N219 seaplane hanya memakan waktu 45 menit saja. Perbandingan waktu tempuh yang sangat besar tentunya.

Selain waktu tempuh lebih singkat, keselamatan bertransportasi pun jauh lebih baik. Meski banyak pandangan orang awam bahwa naik pesawat itu berbahaya, faktanya transportasi udara yang memiliki tingkat prosentase kecelakaan terkecil adalah pesawat terbang.

The Aviation Safety Network menyatakan, tahun 2017 dianggap sebagai tahun paling aman dunia penerbangan. Betapa tidak, dari total 30.860.000 penerbangan di seluruh dunia, hanya terjadi 10 kecelakaan pesawat saja.

Hambatan dan solusi

Banyak pihak mengatakan, hambatan untuk berkembangnya seaplane di Indonesia salah satunya adalah perizinan dari pemerintah kota sekitar.

Masalah lainnya adalah jumlah tenaga pilot seaplane di Indonesia yang masih sangat minim. Dari dua operator seaplane di Indonesia, pilotnya pun rata-rata adalah orang asing.

Mengapa demikian? Faktanya untuk pelatihan pilot seaplane di Indonesia memang belum ada. Operator masih harus mengirim siswanya ke luar negeri seperti ke Selandia Baru, Amerika Serikat, dan negara lainnya.

Melihat permasalahan ini, pemerintah melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan, akan membuka solusinya dengan mengadakan pelatihan pilot seaplane mesin tunggal (single engine) di Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi, Jawa Timur.

Rencananya akan dibuat program ini agar jumlah penerbang seaplane di Indonesia memadai sehingga tidak mengharuskan untuk mengirim siswa ke luar negeri dengan biaya yang lebih mahal.

N219 Amfibi
LAPAN/PTDI

Pesawat yang akan digunakan adalah Cessna 172SP G1000. Ini merupakan pesawat latih single engine dengan avionika glass cockpit.

Selain itu, pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan Kementerian Perhubungan, juga turut mengkaji pengembangan 10 seaport yang akan dibangun di masa yang akan datang untuk mendukung penggunaan seaplane di Tanah Air.

Kita sambut, dukung, dan doakan bersama agar cita-cita para pendahulu bangsa ini agar pulau-pulau di Zamrud Khatulistiwa dapat terhubung seluruhnya dengan moda transportasi udara termasuk seaplane dapat terwujud.

Rachmat Kartakusuma

editor: ron

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *