AIRSPACE REVIEW – Jet tempur F-22 Raptor akan dilengkapi dengan sensor Pencarian dan Pelacakan Inframerah (IRST) TacIRST buatan Lockheed Martin. Dengan integrasi TacIRST, kemampuan deteksi Raptor akan meningkat, khususnya dalam menemukan dan melacak ancaman udara yang bersifat siluman.
Perangkat IRST mendeteksi target secara pasif dan kebal terhadap peperangan elektronik.
Melalui siaran persnya, Lockheed Martin mengatakan bahwa Sistem Pertahanan Inframerah (IRDS) berbasis TacIRST untuk Raptor telah diluncurkan pada tahun 2022 silam.
Integrasi pertama sistem tersebut dilakukan pada jet agresor F-5 Advanced Tiger milik kontraktor swasta Tactical Air Support (TacAir).
Belum disebutkan di bagian mana TacIRST akan ditempatkan pada jet F-22. Namun gambar yang muncul minggu lalu di media sosial menunjukkan salah satu pod dengan celah kecil di bagian depan pesawat.
Pod tersebut mungkin akan menjadi bagian dari paket IRDS lengkap, atau dapat dihubungkan dengan TacIRST untuk menyediakan cakupan IRST tambahan dan/atau kemampuan lainnya, tulis TWZ.
Sebelumnya diduga perangkat IRST akan dipasang menggunakan pod yang lebih besar di bawah sayap.
Pada tahun 2017, Ken Merchant, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Lockheed Martin untuk program F-22 mengatakan kepada majalah Air & Space Forces bahwa “tidak ada tempat” di F-22 untuk memasang IRST.
Integrasi IRST ke F-22 dinilai akan memberikan keuntungan bagi jet tempur generasi kelima tersebut, terutama di zaman yang semakin banyaknya lawan udara siluman potensial.
Seperti diketahui, IRST dapat melihat target dari jarak jauh dalam spektrum inframerah terlepas. Keuntungan utama lainnya, IRST tidak memancarkan sinyal yang dapat dideteksi oleh musuh.
IRST secara umum telah digunakan oleh China dan Rusia pada jet tempurnya. Jet tempur siluman berat China yang baru-baru ini muncul, yaitu J-36, juga diyakini dilengkapi dengan IRST.
Di awal perancangannya, F-22 Raptor seharusnya juga dilengkapi dengan sistem IRST yang terintegrasi.
Namun rencana tersebut telah dibatalkan pada saat itu karena alasan anggaran yang semakin membengkak dalam pengembangannya. (RNS)