Amerika kembali mampu kirim astronotnya sendiri

Falcon-9Michael Deep/SpaceFlight Insider

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Setelah sekitar sembilan tahun atau nyaris satu dekade tidak memiliki kemampuan mengirimkan astronotnya sendiri ke luar angkasa, Amerika Serikat (AS) kembali memperoleh kapabilitas strategis sekaligus tersebut.

Persisnya pada 27 Mei 2020, roket Falcon-9 berhasil menghela kapsul berawak Crew Dragon mengangkasa dari Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida.

Misi berlabel SpaceX Demo-2 itu mengantarkan astronot AS yaitu Robert Behnken dan Douglas Hurley ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (International Space Station/ISS). Rencananya kedua astronot tersebut akan kembali ke Bumi menggunakan kapsul Crew Dragon yang memang dirancang untuk beberapa kali pemakaian (reusable).

Kemampuan AS mengirimkan astronot secara swadaya, absen sejak misi terakhir pesawat ulang alik Atlantis pada Juli 2011. Selama 2011 sampai 27 Mei 2020 lalu AS praktis hanya mengandalkan sistem pesawat ruang angkasa Soyuz milik Rusia untuk mengirim astronot ke ISS.

Pengembangan pesawat ulang alik dihentikan selain karena biayanya yang semakin tinggi tinggi, juga karena risiko keamanannya yang kian dipertanyakan menyusul dua kecelakaan pesawat ulang alik secara tragis, yaitu Challenger dan Columbia.

Selama periode sembilan tahun tersebut badan ruang angkasa AS, NASA, melakukan berbagai upaya dan inovasi. Pemberdayaan pihak swasta nasional AS merupakan salah satu alternatif solusinya. Hasilnya adalah sistem kombinasi roket Falcon dan kapsul berawak Crew Dragon buatan SpaceX.

Nama SpaceX sendiri tak bisa dilepaskan dari tokoh pebisnis yang dianggap revolusioner di era digital kini, yaitu Elon Musk. Peluncuran kembali astronot AS oleh wahana ruang angkasa buatan dalam negeri ini tak hanya merupakan tonggak penting bagi SpaceX dan program ruang angkasa AS.

Lebih jauh, momen tersebut juga membuka era baru seperti yang dicetuskan Elon Musk dalam visinya yaitu penerbangan ke luar angkasa yang bisa ditekan biayanya sehingga kian terjangkau. Sehingga, memungkinkan komersialisasi ruang angkasa yang lebih luas.

Antonius KK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *