IA 63 Pampa, Jet Kebanggaan Argentina yang Bernasib Suram?

Pampa III

AIRSPACE-REVIEW.com – Didera perekonomian yang lesu berkepanjangan, industri pesawat terbang pelat merah Argentina FadeA (Fabrica Argentina de Aviones) ikut merasakan imbasnya. Proyek pengembangan jet latih serang yang menjadi andalannya saat ini IA 63 Pampa III pun ikut terseok-seok.

Seperti diketahui, pengadaan 40 unit jet Pampa III untuk Angkatan Udara (AU) Argentina telah ditandatangani sejak 2013. Namun hingga saat ini baru terpenuhi tiga unit saja. Sementara nasib 37 jet lainnya belum jelas.

Pemerintah Argentina sendiri telah berusaha keras mencari jalan keluar untuk melanjutkan produksi Pampa III. Termasuk mencari pasar ekspor dari negera asing.

Upaya pertama dilakukan dengan menawarkan Pampa III kepada tetangganya Paraguay pada Juni 2019. AU Paraguay memang tengah mencari pengganti jet serang ringan Xavantes buatan Embraer, Brasil. Namun upaya ini belum membuahkan hasil.

Tak patah arang, dengan upaya lainnya bahkan Pemerintah Argentina nyaris berhasil mencatatkan sejarah mengekspor Pampa III untuk pertama kalinya ke Guetemala, negara yang berada di Amerika Tengah. 

Pada 3 Juli 2019, Menteri Pertahanan Guatemala,Jendral Miquel Ralda dan Menteri pertahanan Argentina Oscar Aquad menandatangani kontrak senilai 28 juta dolar AS untuk pengadaan dua unit Pampa III termasuk suku cadang dan pelatihan.

Cukup mengejutkan, sehari kemudian pembelian jet Pampa III ini dibatalkan.

Dikutip dari Janes.com, Badan Pengawas Keuangan Umum Negara Guetemala merekomendasikan perjanjian dibatalkan.

Langkah ini diambil karena pengadaan dua unit Pampa tersebut belum disetujui oleh Kongres Guatemala dan belum ada tender (pembelian) publik.

FAdeA

Mengenai sejarahnya, proses produksi jet kebanggaan Negeri Tango ini memang beberapakali terkendala akibat kurangnya dana pengembangan.

Proyek Pampa sendiri dimulai pada akhir 1970-an tatkala AU Argentina mencari pengganti jet latih Morane-Saulnier MS.760 buatan Perancis. Sebanyak 48 unit MS.760 digunakan AU Argentina, 30 di antaranya diproduksi di bawah lisensi oleh Fabrica Militar de Aviones (FMA).

Dalam perancangan jet latih Pampa, FMA mendapat bantuan teknis dari pabrik pesawat Dornier, Jerman. Tak mengherankan bila tampilan Pampa sangat menyerupai jet latih Alpha Jet buatan Dornier bersama Dassault, Perancis.

Namun demikian, terlihat perbedaan jelas antara kedua jet tersebut.

Pertama, Pampa mengadopsi sayap utama lurus tidak sayung seperti Alpha Jet. Kedua, Pampa menggunakan mesin jet tunggal bukan ganda seperti Alpha Jet. Ketiga, Pampa adalah jet latih murni yang tak dipersenjatai.

Sebagai dapur pacu, Pampa menggunkakan mesin turbofan Garrett TFE 731 berdaya 15,57 kN. Kecepatan maksimumnya mencapai 819 km/jam dan ketinggian terbang maksimum 13.000 m. Sementara jangkauan operasinya sejauh 1.500 km.

Dimensi Pampa terbilang sangat kompak. Panjang badannya hanya 10,9 m, tinggi 4, 2 m, dan rentang sayapnya 9,6 m.

Purwarupa Pampa berhasil mengudara perdana pada 6 Oktober 1984. Sayangnya, versi produksi jet latih yang mendapat nama resmi IA 63 Pampa ini mengalami penundaan karena kurangnya dana.

Produksi sebanyak 18 jet baru terealisasi tahun 1988-1990 dan enam unit tambahan pada 2006-2007.

Jet Pampa  mulai resmi berdinas untuk AU Argentina pada April 1988. Pesawat dioperasikan oleh IV Brigada AĆ©rea (Brigade Udara IV) di Mendoza untuk peran latih lanjut.

Semakin sulitnya perekonomian negara di tahun 1990-an, menyebabkan Pemerintah Argentina menjual FMA kepada Lockheed Martin dari AS. Selanjutnya perusahaan bersalin nama menjadi Lockheed Martin Aircraft Argentina SA (LMAASA).

Pampa III
FAdeA FAdeA

Setahun sebelumnya, Lockheed Martin sendiri telah mendapatkan order untuk memodernisasi 36 unit A-4M Skyhawk bekas pakai Korps Marinir AS (USMC) yang dibeli AU Argentina.

Pesawat A-4M tersebut mendapatkan avionik dan sistem senjata serupa dengan F-16 Fighting Falcon. Versi upgrade ini kemudian disebut sebagai A-4AR Fightinghawk (nama gabungan Fighting Falcon dan Skyhawk) yang mulai beroperasi tahun 1998.

Nah saat perusahaan berada di tangan LMAASA, proyek Pampa II digulirkan, menjadikan jet latih Pampa berkemampuan serang darat ringan. Rencananya jet ini akan dipasarkan Lockeed Martin, namun sayang tak pernah mendapatkan pesanan.

Pada 2010 LMAASA kembali menjadi perusahaan milik negara Argentina dan nama perusahaan kembali berubah menjadi Fabrica Argentina de Aviones (FAdeA).

Seperti diceritakan di atas, tahun 2013 Pemerintah Argentina menggulirkan proyek jet latih serang Pampa III. Pesawat mendapatkan mesin baru Honeywell TFE 731-40-2N dan dilengkapi dengan avionik terbaru.

Untuk persenjataan, di bawah perut Pampa III terpasang pod kanon kaliber 20 mm. Sementara di bawah sayapnya tersedia dua gantungan senjata untuk mengusung beragam bom atau tabung roket kaliber 70 mm.

Purwarupa pertama Pampa III sukses menjalani terbang pertama pada 21 September 2018. Sebanyak tiga jet produksi terbatas telah diserahkan kepada AU Argentina pada Desember 2018 silam.

Dari 40 yang dipesan AU Argentina sejak 2013, enam tahun baru terkirim tiga unit Pampa III. Apakah pesawat ini memang bernasib suram?

Kita tunggu perkembangan berikutnya…

Penulis: Rangga Baswara Sawiyya

editor: ron raider

One Reply to “IA 63 Pampa, Jet Kebanggaan Argentina yang Bernasib Suram?”

  1. Bismillah, kenapa tidak menutup kemungkinannya TNI AU mendirikan sekolah latih tempur jet. Bermula dengan mengadopsi pesawat latih tempur ringan, termasuk Pampa, Yak-130, MiG-AT, atau kita hidupkan lagi skadron F.5 Tiger dan tipe hawk mk-53 sebagai latih dasar dan berfungsi ganda melakukan tugas patroli maritim, karna hal seperti itulah kita bisa bangkitkan kembali semangat dirgantara kepada generasi muda kita. Jangan lemah semangat mendatangkan Su-35 sebagai tambahan utama arsenal TNI AU. kalo perlu kita tambah sistem pertahanan rudal kita dengan rudal Buk M3 Rusia, pantsir, dan kalau perlu rudal patriot. Tetap semangat… Merdeka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *