ANGKASAREVIEW.COM – Jet tempur generasi kelima berkarakteristik siluman tak dipungkiri memiliki daya pikat yang sangat tinggi bagi angkatan udara saat ini.
Meski begitu, terkait dengan harga, biaya perawatan, dan kerumitan sistemnya, menyebabkan sejumlah negara calon pembeli berpikir dua kali untuk langsung mengakuisisinya. Paling tidak, dibutuhkan lagi kajian yang lebih mendalam sebelum memutuskan membeli.
Di sisi yang lain, penempur generasi keempat masih menjanjikan kapabilitas yang mumpuni dengan tawaran modernisasi perangkat dan perbaikan sistem-sistem yang digunakan.
Tautan: Super Hornet Bakal Disulap Jadi Pesawat Siluman
Pesawat dibuat lebih canggih, sehingga memberikan keyakinan bahwa jet tempur dari generasi ini masih bisa diandalkan untuk beberapa dekade ke depan. Penggunaan radar aktif (AESA) dan perangkat deteksi lainnya seperti penjejak infra merah (IRST) menjadikan pesawat jenis ini tak kalah jauh dari jet tempur generasi kelima.
F/A-18E/F Super Hornet misalnya. Pesawat buatan Boeing ini masih menjadi andalan bagi Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS/US Navy). Tak mau dilindas zaman, Boeing pun membuat sejumlah inovasi untuk menjadikan Super Hornet-nya menjadi “Super Duper Hornet”.
Tautan: 78 Super Hornet Block III Akan Diproduksi Guna Peningkatan Kekuatan AL AS
Langkah ini diambil dengan cara memoderniasi Super Hornet Block II menjadi Block III yang lebih modern dan lebih super tadi.
Dalam pelaksanaan ajang Sea-Air-Space 2019 di Washington DC, Amerika Serikat (6-8 Mei), Boeing pun memperlihatkan desain Block III dari Super Hornet-nya.
Block III juga memiliki kemampuan terbang lebih jauh (longer range) berkat penambahan kapasitas conformal fuel tank (CFT).
Tautan: Dua Tahun Lalu Sepi Pesanan, Kini Produksi Super Hornet ‘Full’ Hingga 2025
Pesawat memiliki tingkat ketertangkapan di radar (radar signature) lebih rendah dibanding pendahulunya. Hal ini dicapai dengan penggunaan lapisan khusus penyerap gelombang radar untuk membuatnya menjadi “jet siluman”.
Masa pakai Block III juga lebih lama, meningkat dari 6.000 jam terbang menjadi 1.000 jam terbang. Dalam program modernisasi yang akan dimulai tahun depan ini, perpanjangan masa pakai pesawat menjadi langkah pertama yang dilakukan.
Tautan: Tambah Usia Pakai, F/A-18 Super Hornet Angkatan Laut AS Jalani SLEP
Bila dihitung dengan rata-rata masa pakai, maka penggunaan Block III akan menambah masa pakai lebih lama 10-15 tahun.
Dijadwalkan, Super Hornet Block III sudah bisa beroperasi di dek kapal induk mulai 2022.
Tautan: Jerman Hempaskan F-35 dari Kompetisi Pengganti Tornado, Peluang Typhoon dan Super Hornet Terbuka
Modifikasi Block II menjadi Block III akan mengantarkan penggunaan Super Hornet terbaru menggantikan seluruh Super Hornet lama dalam satu dekade ke depan.
Untuk diketahui, saat ini AL AS memiliki 568 F/A-18E/F Super Hornet sebagai jet tempur nomor wahidnya.
Tautan: Produksi 18 Super Hornet untuk AL AS, Boeing Dapat Siraman 862,2 Juta Dolar
Tak berhenti di Block III, ke depan Boeing masih akan terus menyempurnakan jet tempur ini dengan gen-gen baru yang lebih canggih lagi tentunya.
Roni Sontani