PD-100 Black Hornet, Mata Pasukan Darat Bertubuh Nano

Black HornetUS Army

ANGKASAREVIEW.COM – Dalam misi tempurnya, pasukan darat Amerika Serikat (US Army) minimal terbagi dalam satu regu pasukan dan biasanya bertugas sebagai tim aju. Pasukan dalam jumlah kecil ini akan  bertugas untuk menguasai area terbatas dan bisa menjadi penentu kemenangan jika misinya melumpuhkan pos-pos atau perkubuan lawan berhasil tanpa menimbulkan korban.

Demi meningkatkan kemampuan tempur dan keberhasilan pasukan berkekuatan satu regu, US Army membekali masing-masing regu pasukan dengan soldier borne sensor berupa peralatan Unmanned Aerial System (UAS) berukuran mini, PD-100 Black Hornet.

Sebagai UAS produksi Prox Dynamics yang digunakan dalam pertempuran oleh satu regu pasukan, fungsi utama Black Hornet atau Tawon Hitam ini adalah memantau situasi medan dan pergerakan lawan.

Misalnya saja ketika satu regu pasukan US Army bertugas melumpuhkan lawan yang bertahan di dalam satu bangunan atau perkubuan dalam satu bukit, situasi bangunan  atau bukit itu bisa diawasi 180 derajat menggunakan Black Hornet.

Secara fisik Black Hornet yang diterbangkan menggunakan tenaga baterai ini menyerupai helikopter mini sepanjang 10 cm dan berbaling-baling tunggal sepanjang 12 cm. Dengan peralatan kamera pengintai yang berposisi di hidungnya berat total Black Hornet tidak sampai 1 kg.

Karena ukurannya yang mini bahkan masuk kelompok nano drone, maka dalam operasionalnya UAS ini bahkan dapat dimasukkan ke dalam saku. Namun demi amannya, UAS ini biasa dibawa menggunakan tas khusus.

Black HornetProx Dynamics

Black Hornet mampu terbang menjangkau jarak hingga 1 km dan terbang secara otomatis (autopilot) menggunakan panduan GPS. Hanya butuh waktu beberapa detik saja untuk meluncurkan Black Hornet menuju area pengintainnya.

Untuk mengontrol penerbangan Black Hornet, operator menggunakan joy stick  di ‘stasiun kontrol’ berupa box khusus yang dalam operasionalnya bisa dimasukkan ke dalam ransel.

Tujuan utama penggunaan Black Hornet selain berfungsi sebagai alat monitoring pergerakan pasukan lawan, juga untuk menjamin keselamatan dan kewaspadaan para personel US Army.

Dengan penggunaan Black Hornet, US Army juga berharap prosentase gugurnya pasukan di medan perang seperti Irak dan Afganistan bisa dikurangi secara drastis. Sedikitnya lebih dari 2.200 personel pasukan AS telah gugur di Afganistan sejak melaksanakan misi tempur dari tahun 2001.

Black HornetIstimewa

Black Hornet sebenarnya bukan merupakan barang baru di medan tempur khususnya di kalangan pasukan Sekutu. Pasalnya, pasukan Inggris yang bertempur di Afganistan dari 2008-2012 telah mengoperasikannya.

Namun untuk Black Hornet yang digunakan oleh US Army, kemampuannya sudah menjalani peningkatan lagi. Antara lain pada durasi terbangnya yang bisa lebih lama dan tanpa suara. Pengembangan kemampuan dilaksanakan oleh Rock Island Arsenal Joint Manufacturing and Technology Center di Illinois, Amerika Serikat.

Melihat penting dan kegunaan UAS ini, satuan-satuan di Indonesia pun turut mengakuisisi sang Tawon Hitam. Gegana dan Pelopor dari Korps Brimob Polri adalah contoh satuan yang disebut telah memiliki PD-100 Black Hornet sejak awal 2018.

A Winardi

 

editor: “raider”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *