Menunggu Pertarungan Para Jagoan Tempur Udara di Ajang Pitch Black 2018

F-16RAAF
ROE

ANGKASAREVIEW.COM – Perhatian para pecinta dunia kedirgantaraan khususnya militer, saat ini tertuju ke RAAF Base Darwin dan RAAF Base Tindal di wilayah utara Benua Kanguru. Sebanyak 140 pesawat dan 4.000 personel dari 16 negara berlatih selama tiga minggu sejak 27 Juli hingga 17 Agustus dalam gelaran Exercise Pitch Black 2018 (PB ’18).

Pesawat-pesawat tempur yang dikerahkan menjadi sorotan utama karena Pitch Black yang diselenggarakan Angkatan Udara Australia (RAAF) sejak 1981 ini, sejatinya adalah menyimulasikan pertempuran udara modern selain melaksanakan latihan-latihan misi operasi bersama.

Kekuatan-kekuatan tim peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok penyerang maupun kelompok bertahan. Mereka melaksanakan apa yang dinamakan Offensive Counter Air (OCA) maupun Defensive Counter Air (DCA). Materi lainnya adalah peningkatan kemampuan seperti Air-Land Integration dan ISR (intelligence, surveillance and reconnaissance).

Sobat AR, setiap negara peserta tentu akan menunjukkan kiprah terbaiknya di latihan bergengsi multinasional yang kini tumbuh menjadi yang terbesar di belahan selatan dan dilaksanakan dua tahunan ini. Pitch Black yang awalnya dilaksanakan sebagai ajang tempur udara unit-unit RAAF selama dua hari pada 1981, sejak 1990 dikembangkan dengan melibatkan Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) sebagai partner pertama di luar Australia.

Setelah itu, Exercise Pitch Black bertambah pesertanya dan pernah dilaksanakan di wilayah pantai timur Australia tahun 2002, yaitu di RAAF Base Amberley dan RAAF Base Williamtown serta RAAF Base Glenbrook dekat Sydney sebagai pusat komando dan kontrol.

Beranjak di tahun 2006, Pitch Black dilaksanakan selama satu minggu dengan peserta meliputi Singapura, Thailand, Inggris, AS, dan Australia sebagai tuan rumah.

Istimewa

Kemudian di tahun 2008 jumlah peserta meningkat lagi dengan ikutnya peserta baru yaitu Perancis, Malaysia, dan NATO. Mulai tahun 2008, pelaksanaan Pitch Black pun dilaksanakan selama tiga minggu.

Tahun 2010, latihan kembali dilaksanakan dengan empat negara peserta yaitu Australia, Singapura, Thailand, dan Selandia Baru. Di tahun itu, jet tempur pemburu dan pengebom F-111 Aadvark untuk terakhir kalinya ikut di ajang Pitch Black.

Dua tahun kemudian dalam pergelaran Pitch Black 2012 pada 27 Juli hingga 17 Agustus, Indonesia untuk pertama kalinya ikut dalam gelaran ini dengan menurunkan empat armada Su-27SKM/Su-30MK2. Sebanyak 100 pesawat dan 2.200 personel terlibat dalam latihan yang diikuti Australia, Singapura, Thailand, AS, Indonesia, dan Selandia Baru.

Kehadiran 2 Su-27SKM dan 2 Su-30MK2 menjadi magnet karena untuk pertama kalinya pula jet tempur buatan Rusia (Blok Timur) bertanding di ajang Pitch Black.

Selanjutnya di tahun 2016 jumlah pesawat peserta meningkat lagi menjadi 115 unit dan melibatkan 2.500 personel. Berperan sebagai negara peserta adalah Australia, Perancis, Jerman, Indonesia, Belanda, Selandia Baru, Singapura, dan AS. Indonesia dalam latihan ini menurunkan pesawat F-16 dari Skadron Udara 3. Dan di tahun 2018 ini kembali mengirimkan jumlah terbesar dengan 8 F-16C-52ID dan 87 personel.

Ditunggu, aksi Rafale atau F-15SG Vs Su-30MKI

RAAF

Jagoan-jagoan tempur udara telah berkumpul di Darwin pada 27 Juli dan bersiap melaksanakan skenario latihan yang telah disusun RAAF. Sebut itu adalah F-15SG, F/A-18E/F Super Hornet, E/A-18G Growler, Rafale, F-16C/D, F/A-18D, Gipen C/D, dan Su-30MKI.

Kehadiran Su-30MKI dari Angkatan Udara India (IAF) untuk pertama kalinya membuat gereget Pitch Black 2018 kembali terasa. Latihan tempur udara antara jet-jet tempur AS versus Eropa Barat mungkin sudah sering dilaksanakan, tapi tidak demikian dengan melibatkan keluarga Su-30 khususnya di wilayah Asia Pasifik. Kesempatannya tidak sebanyak latihan yang melibatkan AS maupun aliansi negara-negara NATO di tempat lain.

Yang terbayangkan, adalah pertempuran udara antara Rafale Vs Su-30MKI atau F-15SG Vs Su-30MKI atau F-16 Vs Gripen. Hal ini bisa dilaksanakan apabila pihak RAAF mengaturnya demikian. Pertemuan antara F-15SG Vs Su-30MKI lebih ditunggu lagi karena merupakan ‘seteru abadi’ dari pertarungan jet tempur kelas berat satu generasi ini. Dalam Pitch Black 2012 kedua penempur ini hadir (TNI AU dan RSAF), namun toh kedua fighter ini tidak dipertemukan dalam duel udara secara head-to-head.

Tidak kalah menarik dan ditunggu-tunggu tentu adalah kiprah para penerbang tempur F-16C-52ID Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Setelah berkutat sekian lama dengan F-16A/B yang sudah ketinggalan teknologinya, kini ada sarana baru untuk melaksanakan misi latihan dan operasi yaitu F-16C/D setara Block 52. Para penerbang tempur TNI AU dengan pengalaman 2.000 dan 3.000 jam terbang memiliki modal tersendiri untuk mengahadapi mitra-mitra tandingnya.

RAAF

Pihak RAAF selaku panitia tentu tidak akan memublikasikan hasil riil dari yang dicapai oleh masing-masing peserta. Latihan Pitch Black lebih dikemas sebagai latihan bersama dengan menjunjung tinggi soliditas dan integrasi kekuatan angkatan udara negara-negara peserta. Khususnya lagi adalah dalam hal peningkatan hubungan yang semakin kuat antara RAAF dengan negara-negara sahabat.

Sementara itu, sejumlah peminat mempertanyakan mengapa RAAF selaku tuan rumah tidak menurunkan jet tempur siluman F-35A dalam latihan ini? RAAF kali ini hanya menyertakan F/A-18F Super Hornet, E/A-18G Growler, C-27J Spartan, C-17 Globemaster III, C-130J Super Hercules, dan tanker KC-30A (A330 MRTT).

Panglima Grup Tempur Udara RAAF, Air Commodore (bintang satu) Mike Kitcher yang menjadi penanggung jawab pelaksana Pitch Black 2018 menyatakan, F-35A RAAF memang tidak diturunkan dalam ajang Pitch Black kali ini. Dua tahun kemudian baru direncanakan untuk diikutsertakan. “Pada Pitch Black 2020 mereka mungkin akan diikutsertakan dalam skala kecil. Namun pada Pitch Black 2022 tentu akan berperan sangat besar,” ujarnya di Darwin, Jumat.

RAAF

Dijabarkan oleh Kitcher, minggu pertama Pitch Black ’18 akan diisi dengan latihan integrasi kekuatan atau ‘Force Integration Training’. Latihan ini semacam familiarisasi antarpeserta satu dengan lainnya dengan melaksanakan latihan-latihan bersama skala kecil.

“Pada minggu kedua dan minggu ketiga baru para peserta ini secara bertahap masuk ke skala latihan yang lebih besar yang mungkin akan melibatkan 100 pesawat guna melaksanakan misi tertentu,” jelas Kitcher.

Misi itu, lanjutnya, contohnya adalah pengerahan sejumlah pesawat tempur untuk melaksanakan pengeboman terhadap sasaran darat dan pengerahan pesawat angkut ke Delamere atau Bradshaw untuk pengedropan dan pengangkutan personel.

Mike Kitcer mengakui, kehadiran 140 pesawat di Darwin, khususnya pesawat tempur akan membuat situasi menjadi bising dengan gemuruh mesin-mesin jet. Untuk mengurangi tingkat kebisingan maksimal, RAAF telah mengatur jadwal lepas landas dan mendarat pesawat tidak serentak sekaligus.

RAAF

“Yang terbaik untuk mengurangi tingkat kebisingan dari mesin jet ini, khususnya bagi masyarakat Darwin dan Katherine, adalah dengan pengaturan jadwal penerbangan dan pendaratan pesawat,” ujarnya.

Ditambahkan Kitcher, operasi pesawat di darat dilakukan secara cepat dan efisien sesuai prosedur. Untuk diketahui, kegiatan latihan ini dilaksanakan siang dan malam hari.

Yang menggembirakan, RAAF tidak hanya menjadikan ajang ini sebagai ajang latihan mereka saja. Namun juga memberikan kesempatan kepada para pecinta kedirgantaraan khususnya para spotter untuk bisa mengabadikan kehadiran pesawat-pesawat militer ini pada acara flypast dan pertunjukan udara di Mindil Beach, Darwin pada 2 Agustus. Setelah itu, pada 4 Agustus akan dilaksanakan open day di RAAF Base Darwin.

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *