AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pabrik pesawat Boeing mengatakan pada Kamis (23/2), pihaknya berencana untuk menghentikan lini produksi F/A-18E/F Super Hornet pada akhir 2025 setelah mengirimkan jet tempur pesanan terakhirnya.
Selanjutnya raksasa kedirgantaraan asal Paman Sam ini akan mengalihkan fokus untuk memenangkan kompetisi pengadaan jet tempur generasi ke-6 untuk AU dan AL Amerika Serikat.
Boeing menambahkan, menghentikan produksi jet F/A-18E/F Super Hornet juga akan memungkinkan perusahaan untuk fokus pada peningkatan produksi jet latih T-7A Red Hawk dan tanker tanpa awak MQ-25 Stingray, keduanya diproduksi di St. Louis, Amerika Serikat.
Diberitakan Reuters (23/2), penutupan jalur F/A-18 Super Hornet adalah momen penting untuk fasilitas yang berbasis di St. Louis yang akan meninggalkan F-15EX sebagai satu-satunya jet tempur Boeing dalam jalur produksi, kecuali jika perusahaan tersebut mampu memenangkan program jet tempur generasi ke-6.
Mengenai F/A-18E/F Super Hornet, jet tempur multiperan generasi ke-4,5 ini dikembangkan berdasarkan F/A-18C/D Hornet, jet tempur bermesin ganda berbasis kapal induk.
F/A-18E/F Super Hornet merupakan jet tempur andalan Angkatan Laut Amerika Serikat sebagai pendamping jet tempur siluman F-35C Lighting ll.
Di luar Amerika Serikat, F/A-18E/F Super Hornet hanya digunakan oleh Angkatan Udara Australia dan Angkatan Udara Kuwait, keduanya merupakan varian berbasis darat.
Penerbangan pertama F/A-18E/F Super Hornet sukses dilaksanakan pada 29 Nopember 1995 dan masuk dinas pada 2001. Total telah dibangun lebih dari 608 unit Super Hornet per April 2020.
Sebelumnya pada akhir November 2015, Boeing juga telah menutup lini produksi pesawat angkut berat C-17 Globemaster III di Long Beach, California setelah menyelesaikan pembuatan pesawat terakhir ke-279, yang merupakan pesanan Angakatan Udara Qatar.
-RBS-