AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Turki tidak berpikir untuk keluar dari keanggotaan NATO. Omar Celik, Juru Bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan hal itu.
Ia menjelaskan bahwa seruan untuk keluar dari keanggotaan NATO bagi Turki kerap muncul, terutama dari partai lain.
“Kami menghadapi hal-hal seperti itu di setiap pemilihan. Ini bukan hal-hal yang akan kami khawatirkan. Mereka yang menyerukan penghentian keanggotaan Turki di NATO itu tidak masuk akal. Ini tidak mungkin. Kami adalah salah satu negara pendiri NATO,” ujar Celik dalam sebuah wawancara dengan CNN Turk seperti diberitakan TASS.
Sebelumnya, Wakil ketua Partai Tanah Air Turki Ethem Sancak mengatakan bahwa Turki mungkin akan meninggalkan NATO dalam lima hingga enam bulan ke depan karena tindakan provokatif terhadap Ankara.
Dia berargumen, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan setidaknya 80% penduduk Turki yakin bahwa Amerika Serikat adalah negara yang menerapkan kebijakan paling bermusuhan dan merusak terhadap Turki.
Sancak juga mencatat bahwa akhir-akhir ini orang Turki mulai menyukai Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Pada 19 Januari lalu, Partai Tanah Air mengumumkan peluncuran kampanye nasional “Mari Tinggalkan NATO” untuk menekan pemerintah agar keluar dari aliansi.
Sebagai bagian dari kampanye ini, mereka berencana melakukan gerakan politik untuk mendirikan meja untuk mengumpulkan tanda tangan petisi yang relevan.
Mereka juga akan mengadakan aksi unjuk rasa dan protes terhadap pangkalan NATO di Turki.
Pemimpin Partai Tanah Air Dogu Perincek mengatakan, NATO yang kuat berarti ancaman yang kuat bagi Turki.
Partai ini secara tradisional memang menganut sikap anti-Amerika.
Sebelumnya, Partai Tanah Air berulang kali mereka meminta pemerintah Turki untuk menutup pangkalan militer AS di negara itu.
Mereka juga meminta Ankara menarik permintaan pembelian pesawat tempur F-16 dari AS serta keluar dari NATO.
-Poetra-