AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Ada pemandangan menarik saat Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd J. Austin III datang ke Jakarta pada Minggu (20/11) malam.
Pesawat yang ditumpanginya dan mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma adalah pesawat komando dan kontrol strategis AS, Boeing E-4 Advanced Airborne Command Post (AACP) yang dikenal dengan julukan Nightwatch.
Seperti halnya Air Force One yang digunakan oleh Presiden AS, Boeing E-4 Nightwatch merupakan Boeing 747-200B yang dimodifikasi secara khusus.
Pesawat yang dioperasikan oleh Angkatan Udara AS (USAF) ini berfungsi sebagai pos komando bergerak yang dapat bertahan untuk Otoritas Komando Nasional.
Selain digunakan oleh Menteri Pertahanan AS, pada kesempatan khusus pesawat ini juga merupakan tunggangan Presiden Amerika Serikat.
USAF mengoperasikan empat unit E-4B melalui 1st Airborne Command and Control Squadron di bawah naungan 595th Command and Control Group yang berlokasi di Offutt Air Force Base, dekat Omaha, Nebraska.
E-4B dirancang mampu bertahan dari radiasi pulsa elektromagnetik (EMP) nuklir dengan sistem yang utuh.
Instrumen penerbangan pesawat ini masih menggunakan sistem analog tradisional untuk mengurangi risiko kerusakan akibat ledakan EMP.
E-4B dapat mengakomodir 112 orang yang sebagian besar merupakan awak pesawat dan personel personel penerbangan misi.
Dapat dikatakan, awak E-4B Nightwatch merupakan kru terbanyak dari semua pesawat yang dioperasikan USAF.
Pesawat yang diawaki empat orang ini diperkenalkan pertama kali tahun 1974.
Dengan alat pengisian bahan bakar di udara, pesawat ini mampu bertahan di udara untuk waktu yang cukup lama yaitu 35 jam dan bahkan dalam keadaan darurat dapat mengudara selama seminggu penuh.
Untuk mengisi tangki bahan bakarnya agar penuh, dibutuhkan dua kapal tanker KC-135 Stratotanker.
Dengan kemampuan bertahan lama di udara, pesawat ini menjadi sarana aman bagi Presiden AS bila terjadi perang nuklir.
Tidak salah E-4B juga punya julukan lain sebagai Doomsday plane yang berarti pesawat hari kiamat.
-JDN-