AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Rusia dilaporkan telah mendapatkan ‘first combat & first kill” selama intervensi militer negara itu di Ukraina.
Dilaporkan, rudal S-400 menjatuhkan jet tempur Su-27 milik Angkatan Udara Ukraina (PSU) di atas langit dekat ibu kota Kyiv.
Penembakan itu terjadi pada 25 Februari, sehari setelah operasi militer Rusia di Ukraina dimulai, ketika Angkatan Udara Ukraina belum menderita kerugian yang lebih serius.
Sistem S-400 dilaporkan tidak dikerahkan ke wilayah Ukraina, tetapi menyerang dan menetralisir targetnya dari wilayah tetangganya Belarusia di mana pasukan Rusia hadir di sana dalam jumlah besar.
Su-27 yang ditembak jatuh dikemudikan oleh Kolonel (purnawirawan) Angkatan Udara Ukraina, Oleksandr Oksanchenko, seorang pilot yang terkenal di Barat karena kepiawaiannya dalam aksi pertunjukan udara.
Oksanchenko telah menjadi pilot sejak era Uni Soviet hingga runtuhnya negara Adi Kuasa itu pada Desember 1991 dan terus mengabdi untuk Angkatan Udara Ukraina.
Oksanchenko memutuskan ikut bertempur untuk negaranya meskipun usianya sudah lanjut (53 tahun) karena Angkatan Udara Ukraina kekurangan pilot terlatih.
Melansir Military Watch, penembakan S-400 ini telah mencatatkan rekor dunia untuk jarak tembak terjauh yang pernah ada untuk penembakan pesawat, yakni dari jarak sejauh 150 km.
Sistem S-400 sendiri dirancang untuk menyerang target hingga sejauh 400 km dengan misil 40N6E, 250 km (misil 48N6), 120 km (misil 9M96E2) dan 40 km (misil 9M96E).
Sistem S-400 dirancang oleh Almaz-Antey dan diproduksi oleh Fakel Machine-Building Design sejak 2007. Mendapatkan julukan resmi di dalam negeri sebagai Triumf dan NATO sebagai SA-21 Growler.
Sementara targetnya Su-27 dikenal memiliki kinerja penerbangan yang sangat baik.
Tetapi kurangnya penanggulangan peperangan elektronik atau tidak memiliki kemampuan siluman (stealth) membuatnya sangat rentan.
-RBS-