ANGKASAREVIEW.COM – Latihan militer Han Kuang yang digelar selama lima hari sejak Senin (5/6/2018) lalu merupakan latihan militer tahunan terbesar yang digelar oleh militer Taiwan. Latihan itu dimulai di daerah utara, tengah, dan selatan Taiwan dengan fokus operasi gabungan anti-udara di Pangkalan Udara Ching Chuan Kang, Taichung.
Menurut Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Taiwan, latihan dengan live fire ini akan berlangsung hingga Jumat mendatang (8/6/2018).
Personel yang terlibat dalam Han Kuang dibagi menjadi dua kelompok, merah dan biru, untuk mensimulasikan situasi pertempuran.
“Latihan akan memiliki empat titik fokus, yaitu operasi tempur udara-laut bersama, operasi anti-pendaratan di utara, operasi anti-pendaratan di selatan, dan operasi tempur anti-udara bersama di daerah-daerah pusat,” kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan.
Baca juga:
Gelar Latihan Antisipasi Invasi China, F-16 Taiwan Jatuh dan Tewaskan Pilot
Tuntaskan 40 Hari Uji Penembakan, Helikopter Z-19E Buatan China Siap Diekspor
Program tempur udara-laut dirancang secara terang-terangan untuk mensimulasikan invasi oleh kekuatan militer komunis Tiongkok dari berbagai titik di Selat Taiwan.
Mereka memilih lokasi pelatihan di perairan Kaohsiung, Pingtung, dan Taitung. Titik ini dianggap menjadi titik yang paling rawan terhadap terjadinya kontak tembak.
Latihan operasi anti-pendaratan akan dimulai di pantai barat dengan “konfrontasi strategis” non-live-fire, yang menyimulasikan bagaimana militer akan bertindak jika pasukan Cina mendarat di Taiwan.
Pasukan itu nantinya akan menuju ke daerah Utara di sekitar Pusat Ujian Angkatan Darat di Hukou, Wilayah Hsinchu, dan Pangkalan Pelatihan Operasi Bersama di Hengchun, Kabupaten Pingtung, untuk pelatihan tembak-menembak.
Selama latihan ini, militer akan menguji kemampuannya untuk bereaksi terhadap skenario saat pasukan militer China mendarat di Pangkalan Udara Ching Chuan Kang. Pabrik sipil dan unit pendukung lainnya, seperti perusahaan Chunghwa Telecom akan dimobilisasi untuk memperbaiki alat-alat dan fasilitas tempur yang rusak.
Drone yang dioperasikan oleh perusahaan sipil juga akan dikooptasi untuk melakukan misi pengawasan bersama selama operasi anti-udara.
Ini adalah pertama kalinya sumber daya sipil dimasukkan dalam latihan militer tahunan, yang menurut kementerian bertujuan untuk menentukan strategi optimal dalam memenangkan perang asimetris melawan China. (IAN)