AIRSPACE REVIEW – Departemen Luar Negeri AS pada 6 September, menyetujui potensi Penjualan Militer Asing (FMS) ke Belanda untuk 246 rudal AIM-9X Sidewinder Block II dan peralatan terkait, dengan perkiraan biaya sebesar 691 juta dolar AS.
Belanda secara khusus mengajukan pembelian 246 rudal taktis AIM-9X Sidewinder Block II, enam rudal pelatihan udara (CATM) AIM-9X Block II, dua rudal pelatihan udara khusus AIM-9X Block II, 14 unit pemandu taktis AIM-9X Block II, dan dua unit pemandu CATM AIM-9X Block II.
Paket tersebut juga mencakup kontainer rudal, suku cadang, pelatihan personel, peralatan pelatihan, publikasi dan dokumen teknis yang diklasifikasikan dan tidak diklasifikasikan, garansi, dan layanan dukungan teknik, logistik dan dukungan program lainnya.
AIM-9X Block II, yang diperkenalkan pada 2008, adalah rudal udara ke udara dengan kemampuan penguncian setelah peluncuran (LOAL). Rudal ini cocok untuk berbagai platform, termasuk jet tempur F-35 Lightning II.
Belanda baru-baru ini mengumumkan akan menambah jumlah F-35A untuk Angkatan Udaranya.
Sebagaimana dilaporkan pada 5 September 2024, pemerintah Belanda berencana untuk meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 2,4 miliar euro selama beberapa tahun mendatang.
Keputusan ini, yang dirinci dalam Nota Pertahanan baru, menguraikan investasi di berbagai aset militer, termasuk jet tempur F-35A tambahan.
Saat ini, Angkatan Udara Kerajaan Belanda telah mengoperasikan 39 jet tempur siluman F-35A, menggantikan armada F-16AM yang sudah tua.
Versi AIM-9X Block II dilengkapi dengan fitur panduan ditingkatkan dan perangkat lunak diperbarui untuk meningkatkan kinerja dalam situasi off-boresight yang tinggi.
Lalu sistem pendingin internal untuk menghilangkan kebutuhan akan botol pendingin eksternal, sistem vektor dorong untuk putaran hingga 60 G, dan penanggulangan inframerah yang ditingkatkan.
Rudal AIM-9X menggabungkan pencari bidang fokus inframerah pencitraan dengan kemampuan off-boresight 90 derajat, yang memungkinkannya untuk menyerang target di luar garis pandang langsung menggunakan tampilan yang dipasang di helm, seperti Joint Helmet Mounted Cueing System (JHMCS).
Sebelumnya pada Juni lalu, Angkatan Udara Kerajaan Belanda (RNLAF) menyatakan armada F-35A-nya kini telah bekemampuan penuh untuk melaksanakan misi perang nuklir.
Negeri Kincir Angin bahkan menjadi negara pertama di Eropa yang F-35-nya memiliki kemampuan untuk membawa bom termonuklir B61-12. Media menduga, kemampuan ini sebenarnya telah didapat sejak awal tahun ini, namun baru saat itu diumumkan.
Kemampuan serangan nuklir oleh F-35 Belanda mencuat di tengah-tengah kampanye untuk pencegahan nuklir NATO di Eropa, yang dipicu oleh Perang Rusia-Ukraina.
Misi serangan nuklir RNLAF sebelumnya diembankan kepada armada F-16 di Pangkalan Udara Volkel, yang kini telah dipensiunkan.
RNLAF menyatakan, mulai tanggal 1 Juni, armada F-35A-nya akan mengambil alih peran serangan nuklir Belanda dari F-16. Hal ini tercapai setelah pelatihan dan sertifikasi selama berbulan-bulan di Pangkalan Udara Volkel.
Belanda telah memesan 46 F-35A. Pada 2022 Belanda mengumumkan penambahan enam F-35A, sehingga jumlah armada jet tempur generasi kelima yang akan dimilikinya menjadi 52 unit. (RBS/RNS)