AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara AS (USAF) berencana membeli 26 pesawt E-7A AEW&C, Reuters melaporkan. Pesawat tersebut akan menggantikan peran armada E-3 Sentry AWACS yang sudah tua.
Sementara itu, Boeing dalam rilisnya pada 28 Februari 2023 menyatakan pihaknya telah mendapatkan kontrak senilai 1,2 miliar dolar AS untuk mengerjakan pesawat E-7 AEW&C yang baru untuk USAF.
Pengerjaan kontrak dimulai dengan pengembangan dua varian baru pesawat ini.
Dijadwalkan, USAF akan menerima pesawat pertama yang dikembangkan di bawah program prototipe cepat pada tahun fiskal 2027.
Ini berarti, USAF akan menerima fitur baru atau hasil pekerjaan ekstensif dari pesawat tersebut.
E-7 dengan radar Northrop Grumman Multi-Role Electronically Scanned Array (MESA) menyediakan node komando dan kontrol yang terintegrasi penuh, seperti dikatakan oleh Stu Voboril, Wakil Presiden dan Manajer Umum Program E-7.
“Ini adalah satu-satunya pesawat canggih yang mampu memenuhi persyaratan Peringatan Dini dan Kontrol Angkatan Udara jangka pendek dari Angkatan Udara AS, yang memungkinkan integrasi di seluruh pasukan gabungan,” ujarnya.
E-7 mampu melacak berbagai ancaman udara dan laut secara bersamaan dengan cakupan 360 derajat melalui sensor MESA. Perangkat ini memberi prajurit kesadaran domain kritis untuk mendeteksi dan mengidentifikasi target musuh dalam jarak jauh dan secara dinamis menyesuaikan diri dengan situasi taktis yang muncul.
Saat ini, E-7 telah digunakan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF), Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF), Angkatan Udara Turki, dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).
E-7 dibangun dari basis pesawat komersial seri Boeing 737-700. Varian E-7A diperkenalkan pada tahun 2009. Pesawat ini dapat melacak dan menyediakan data untuk target udara secara waktu nyata dan akan dapat mengontrol dan mengarahkan pesawat individu.
-Poetra-