AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pemerintah Jerman pada Jumat lalu mengatakan bahwa Perancis, Jerman, dan Spanyol telah mencapai kesepakatan mengenai program FCAS (Future Combat Air System) dan karenanya fase berikutnya program ini akan segera dimulai.
Namun demikian, hal itu ternyata dibantah oleh Bos Dassault, Eric Trappier, pada hari Senin (21/11).
Trappier yang berbicara dengan radio Jerman, RTL, mengatakan bahwa kesepakatan untuk mengembangkan FCAS belum secara resmi disimpulkan.
Untuk diketahui, proyek pertahanan terbesar di Eropa ini diperkirakan bernilai lebih dari 100 miliar euro.
“Ada semacam pengumuman politik semu yang dibuat. Saya pikir pihak Jerman mendapat beberapa persetujuan – yang sulit didapat – dan pada gilirannya menyebabkan beberapa kebocoran. Tapi itu belum selesai,” kata Trappier kepada RTL dan dikutip oleh Reuters.
Sementara itu, sumber yang mengetahui masalah tersebut menyatakan, seandainya partai-partai politik mencapai kesepakatan, sedikit yang akan berubah di sisi industri.
Sehingga, masalahnya lebih terkait pada masalah politik.
“98% masalah telah diselesaikan, tetapi Dassault tidak akan menandatangani jika 2% sisanya tidak diselesaikan,” kata sumber tersebut.
Rincian lebih lanjut mungkin akan muncul pada 25 November 2022, ketika Perdana Menteri Perancis Elisabeth Borne mengunjungi rekannya Olaf Scholz di Berlin.
Sebelumnya, Reuters mengutip sumber pemerintah Perancis dan Jerman, mengatakan pada hari Jumat bahwa kesepakatan mengenai FCAS telah selesai.
Seorang pejabat Perancis menegaskan bahwa porsi industri menjadi salah satu hambatan utama dalam perjalanan menuju kesepakatan.
Dassault dari Perancis, Airbus dari Jerman, dan Indra dari Spanyol terlibat dalam rencana untuk membangun dan mengembangkan FCAS.
Nantinya pesawat ini akan menggantikan peran Rafale Perancis dan Eurofighter Typhoon Jerman mulai tahun 2040.
-JDN-