AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kehadiran dua pembom strategis B-52 Stratofortress milik Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) ke wilayah Afrika dimanfaatkan oleh Maroko dan Tunisia untuk menggelar latihan bersama di udara.
Latihan dengan pembom B-52 merupakan kesempatan yang langka dan oleh karenanya dimanfaatkan betul oleh kedua negara di Benua Afrika tersebut.
Maroko mengerahkan armada F-16C/D Fighting Falcon sementara Tunisia mengerahkan armada F-5E/F Tiger II.
Kedua jenis pesawat melaksanakan latihan kemampuan tempur dan interoperabilitas multi-domain.
Dua B-52 dengan panggilan “Bush 11” dan Bush 12” terbang menuju kawasan Afrika pada Senin, 7 September. Pesawat dari Komando Strategis AS itu terbang menyusuri wilayah selatan menuju Laut Mediterania.
Dalam latihan itu, setelah terbang bersama dengan B-52 empat F-16 Maroko menunjukkan kemampuan interdiksi maritim dengan memburu kapal perusak USS Roosevelt yang disimulasikan sebagai kapal musuh.
Maroko melengkapi armada F-16-nya dengan rudal AGM-84L Harpoon Block 2 sebagai persenjataan untuk menghancurkan sasaran di laut. Sebanyak 10 unit rudal ini telah dibeli Maroko dari Amerika Serikat dengan nilai kontrak 62 juta dolar AS.
Sementara F-5 Tunisia bergabung dengan armada B-52 untuk melaksanakan latihan udara pada keesokan harinya.
F-5 Tunisia, terbilang tua. Meski demikian, pesawat yang digunakan Tunisia sejak 1984 ini masih mampu menunjukkan kapabilitasnya.
Tahun 2013, Tunisia pernah meningkatkan kemampuan pesawat ini melalui kontrak dengan Northrop Grumman NOC.
Saat ini Tunisia dilaporkan sedang mencari pengganti armada F-5E/F Tiger II.
Komando Afrika (AFRICOM) dalam rilis beritanya menerangkan, latihan keamanan teater gabungan di kawasan Afrika dilakukan secara teratur. Hal ini mengingat keamanan dan stabilitas Benua Afrika tetap menjadi kepentingan vital bagi AS.
“Upaya ini menunjukkan profesionalisme, kelincahan, dan kemampuan pasukan kami dengan mitra internasional untuk mengatasi lingkungan keamanan global yang kompleks dan dinamis saat ini, serta komitmen kami untuk memastikan kebebasan navigasi di Laut Mediterania,” kata Mayor Jenderal Joel Tyler, Direktur Operasi AFRICOM.
Roni Sontani