Mirage 2000 nyaris jadi kekuatan TNI Angkatan Udara

Mirage 2000Acroterion/Wikimedia

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sekitar 36 tahun lalu, persisnya pada Juni 1984, empat penerbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menjajal kehebatan jet tempur Mirage 2000 di atas langit Perancis Selatan.

Seperti dituturkan almarhum Marsda (Purn) F. Djoko Poerwoko yang merupakan salah satu dari keempat penerbang dimaksud, Mirage 2000 buatan AMD BA (Avions Marcel Dassaul-Breguet Aviation) pada kesempatan itu diuji dalam berbagai manuver yang menguras adrenalin.

Kedatangan rombongan TNI AU yang terdiri dari penerbang dan perwira teknik itu merupakan bagian dari proses pemilihan untuk pengadaan satu skadron jet tempur generasi baru bagi TNI AU kala itu.

Masuk dalam seleksi final adalah jet tempur F-16A/B Fighting Falcon buatan General Dynamics (sekarang beralih ke Lockheed Martin), Amerika Serikat, dan Mirage 2000 dari AMD BA (sekarang Dassault Aviation), Perancis.

Keempat penerbang TNI AU kala itu bergantian menerbangkan purwarupa Mirage 2000B yang baru satu-satunya tersedia.

Pesawat tersebut adalah varian berkursi tandem (kursi ganda, depan-belakang) dari penempur Mirage 2000.

Pilot TNI AU duduk di kursi depan, sementara instruktur Armee de L’Air (Angkatan Udara Perancis) yang sekaligus test pilot AMD BA menempati kursi belakang yang memang merupakan tempat bagi instruktur.

Mirage 2000 diakui memiliki kemampuan manuver yang luar biasa. Akselerasi, kemampuan menanjak, dan kecepatan beloknya menjadikan jet tempur bersayap delta itu lawan yang patut diperhitungkan dalam duel antar pesawat tempur (dogfight).

Berbagai fitur otomatisasi pada Mirage 2000 juga memudahkan pilotnya menerbangkan jet tempur bermesin tunggal ini.

Praktis, pilotnya tinggal fokus pada tujuan misi: entah itu menembak jatuh pesawat lawan maupun menyerang target di darat dan permukaan laut.

Mirage 2000 terbilang istimewa bukan hanya karena kemampuan manuvernya. Jet tempur ini sanggup membawa rudal anti-kapal Exocet AM-39.

Satu fitur yang jelas unggul dibanding F-16A/B yang tidak bisa membawa rudal Harpoon (rudal anti-kapal buatan AS). Seperti diketahui, baru pada varian F-16C/D kemampuan menembakkan rudal anti-kapal itu hadir.

Namun demikian, Mirage 2000 akhirnya harus mengaku kalah dalam persaingan menjaga langit Nusantara.

Tahun 1986 pemerintah Indonesia memutuskan membeli 12 unit F-16 Fighting Falcon (8 F-16A dan 4 F-16B). Besaran nilai offset (kompensasi investasi) dari AS yang lebih besar daripada Perancis, bukanlah satu-satunya alasan. Disebutkan, ada faktor lain yang lebih menentukan.

Antonius KK

editor: ron

5 Replies to “Mirage 2000 nyaris jadi kekuatan TNI Angkatan Udara”

  1. Hahahaha…
    Sudah pasti ‘faktor lain’ itu yang benar-benar maut…
    Dan kembali ‘sejarah berulang’…betul?

  2. Menurut saya beruntung waktu itu TNI ambil F16A/B di banding Mirage 2000. Hasilnya Depo Madiun th 2019/2020 sukses mengupgrade pesawat tsb yg telah di pakai sejak 1988 lalu dgn sukses. Mudah2an di tambahi Viper + F35

  3. Bismillah,tak perlu kuatir dan nga mungkin sejarah terulang,kita sebagai bangsa yang berdaulat harus perlu banyak belajar,kita beli alat tempur yang pada masa operasi militernya bangsa ini juga kena imbasnya,yaitu diEMBARGO.

  4. Faktor pembeda dikawasan harusv diperhitungkan dimana di asia tenggara belum ada negara yg memiliki Rafale merupakan impak pd efek deteren yg lbh besar drpd memiliki f18 (malaysia/australia sdh lama punya) dan f15 (singapore sdh lama punya), maka rafale kyknya sudah pas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *