AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kapten Charlene Sufficool diterima di Akademi Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF Academy) pada 2012. Gadis ini mengikuti seleksi penerimaan di USAF Academy karena ingin bekerja di bagian teknik angkatan udara atau mungkin mendapatkan pekerjaan di bidang intel.
Sufficool memang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga militer, tepatnya di keluarga USAF. Ayah Charlene adalah personel USAF dan suatu saat pernah menjadi kepala kru di tim aerobatik Thunderbirds.
Meski begitu, Charlene kecil tak sedikit pun bercita-cita untuk menjadi penerbang. Perempuan ini benar-benar tak pernah membayangkan hal itu. Menjadi penerbang tidak pernah terlintas dalam benaknya.
“Bahkan, saya tidak pernah menganggap hal itu, menjadi pilot, sebagai sebuah kemungkinan,” ujar Charlene.
Akan tetapi, garis tangan justru membawanya ke hal yang tidak pernah ia bayangkan.
Saat tahun kedua di akademi, Sufficool terpilih menjadi personel tim parasut “Sayap Biru Akademi” atau biasa disebut juga “Wings of Blue”.
Wings of Blue adalah tim terjun free fall Akademi USAF. Komandannya saat itu seorang pilot A-10 Warthog. Komandannya pula yang kemudian melihat ada bakat-bakat terpendam di diri Sufficool.
Sang komandan mengatakan, Sufficool punya hal-hal yang diperlukan oleh USAF untuk menjadi penerbang tempur.
Setelah itu sang komandan meminta remaja putri itu untuk mempersiapkan diri jadi penerbang. Sejak saat itulah Sufficool mulai berani membayangkan diri jadi penerbang.
Dengan terus terang Sufficool menyampaikan kepada komandannya bahwa ia merasa lebih cocok jadi penerbang pesawat angkut C-17 Globemaster III.
“Kenapa?” tanya komandannya.
“Karena saya pernah melihat seorang gadis dan dia menerbangkan C-17. Jadi, seperti itulah banyangan saya yang dilakukan oleh penerbang perempuan,” jawab Sufficool apa adanya.
“Tidak,” tukas sang komandan. “Kamu bisa menjadi pilot tempur wanita.”
Hari-hari berjalan, Kapten Sufficool kini sudah mengenakan pakaian terbang sebagai pilot pesawat serang A-10 Thunderbolt II (Warthog) USAF di Skuadron Tempur ke-354, Pangkalan Angkatan Udara Davis-Monthan, Arizona, Amerika Serikat.
Saat diwawancarai oleh Majalah Angkatan Udara, Sufficool mengenang perjalanannya tujuh tahun tahun lalu.
“Butuh seorang komandan yang mempercayai saya sebagai seorang wanita, dan membantu saya mewujudkan apa yang saya bisa dan akhirnya saya percaya pada diri saya sendiri. Anda tidak bisa menjadi apa yang Anda sendiri tidak bisa lihat,” ujarnya.
Saat ini, dari 10.964 pilot di USAF, hanya ada 708 pilot wanita atau hanya berkisar 6,5% saja. Dari jumlah itu, kalau ditelusuri lagi kurang dari 3% yang menjadi pilot pesawat tempur.
Walau minoritas, salah satu dari pilot perempuan di USAF kini telah mencapai pangkat bintang empat sebagai Komandan Komando Mobilitas Udara.
Dia adalah Jenderal Jacqueline D. Van Ovost, mantan pilot pesawat komando USAF dengan lebih 4.200 jam terbang. Pengalaman penugasannya adalah dalam Perang Teluk dan Perang Afganistan.
Kelahiran tahun 1965 itu kemudian pernah menjadi pilot uji di Departemen Pertahanan AS. Ia adalah lulusan Akademi USAF tahun 1988.
Roni Sontani