AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dirancang khusus untuk Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) dan digunakan sejak 2010, HC-130 Combat King II adalah satu dari sembilan varian C-130J Super Hercules yang mendapat nama sangar, Raja Tempur.
Namun demikian, menyandang nama Combat King bukan berarti bahwa pesawat ini dilengkapi persenjataan untuk peperangan di udara maupun melakukan serangan terhadap sasaran darat.
HC-130J Combat King II tetap pada khitah aslinya sebagai pesawat angkut militer keluarga Super Hercules, turunan dari keluarga besar Hercules yang lahir di bumi tahun 1950-an dengan produksi lebih 3.000 unit hingga saat ini (2.600 C-130 dan lebih 400 C-130J).
Kalaupun ada yang spesial sehingga mendapat julukan Raja Tempur, itu karena pesawat buatan Lockheed Martin ini punya kekhususan sebagai pesawat pemulihan personnel (personnel recovery) atau dalam terminologi yang lebih populer disebut SAR Tempur (Combat SAR/CSAR).
Lebih dari itu, pesawat ini juga punya kapabilitas untuk melaksanakan misi komando dan kontrol udara dan pengisian bahan bakar di udara terhadap helikopter (Sikorsky HH-60G Pave Hawk). Untuk tugas “menyusui” armada sayap putar ini, Combat King II dapat melaksanakannya sekaligus terhadap dua helikopter pada malam hari.
Combat King II juga dapat berfungsi sebagai pesawat tanker darat untuk pengisian bahan bakar bagi pesawat-pesawat lainnya di daerah terpencil atau dalam istilah lain disebut FARP (forward area refueling point).
Untuk tugas yang disebut terakhir, sudah jadi keahlian Hercules masuk ke daerah-daerah terpencil melaksanakan misi angkutan logistik dan kemanusiaan.
Satu keunggulan lain dari Combat King II rancangan Lockheed Martin yang juga produsen jet tempur F-22 Raptor dan F-35 Lightning II ini, adalah kapabilitasnya melaksanakan manuver penerbangan taktis guna menghindari deteksi musuh.
Hal ini digenapi dengan peralatan pendukung seperti radio frequency jammer, digital radar warning receiver, terrain-following and terrain-avoidance radar systems, chaff and flare dispensing system, missile warning, dan lainnya.
Sistem penglihatan malam hari (night vision goggle/NVG) dapat diintegrasikan penuh pada sistem kokpit pesawat ini. Penggunaan head-up display (HUD) dan multifunctional display (MFD) juga telah melengkapi perangkat kokpit untuk alat kontrol dan navigasi penerbangan.
Ada juga INS, GPS, dan forward-looking infrared (FLIR) serta sistem komunikasi berbasis satelit di pesawat ini.
Dari sisi struktur, HC-130J Combat King II menggunakan basis C-130J-30 atau versi stretced. Lebih tepatnya lagi pesawat menggunakan basis tanker KC-130J milik US Marine Corps (USMC) dengan modifikasi minor dan penambahan sistem navigasi dan deteksi yang lebih maju.
Bicara soal pengguna Combat King II, awalnya pesawat ini dibuat untuk menggantikan peran HC-130P/N yang dioperasikan oleh Komando Tempur Udara (ACC) USAF.
Kini, terdapat tiga instansi di USAF yang telah menggunakan pesawat ini. Ketiganya adalah Komando Tempur Udara (ACC) USAF, Komando Pendidikan dan Pelatihan Udara (AETC) USAF, dan Penjaga Pantai AS (USCG). Pada 2 April 2020, satu instansi lagi menyusul mendapatkan Combat King II, yaitu USAF Reserve.
Combat King II pertama diterima oleh USAF ACC pada September 2010 sebagai realisasi kontrak pemesanan 11 unit tahun 2008.
Selanjutnya USAF AETC menerima pesawat pertama pada September 2011. Sementara USCG mendapatkan pesawat ini pada 2015 melalui kontrak pengadaan sembilan pesawat pada 2012. Satu unit Combat King II saat itu kena banderol kurang lebih 70-an juta dolar AS. Sementara untuk pelanggan di luar AS, saat ini harga per unit Combat King II mencapai 100-160 juta dolar AS.
USAF Reserve atau Pasukan Cadangan USAF, akan mengoperasikan Combat King II di Skadron Pertolongan ke-39 (39th Rescue Squadron), bagian dari Wing Pertolongan ke 920 (920th Rescue Wing) yang bermarkas di Pangkalan Udara Patrick (Patrick AFB) Florida.
Pesawat cukup diawaki oleh lima personel. Terdiri dari pilot, kopilot, petugas sistem tempur (combat systems officer), dan dua juru muat (load master).
Combat King II dengan panjang 29,5 m, rentang sayap 40,4 m, dan tinggi 11,5 m memiliki bobot terbang maksimum (MTOW) 74.389 kg. Kapasitas tangki bahan bakar mencapai 34.159 liter. Pesawat juga dapat membawa bahan bakar di kabin seberat 15.875 kg.
Empat mesin Rolls Royce AE2100D3 turboprop FADEC dengan enam bilah baling-baling Dowty bertengger di kedua sayap Combat King II. Setiap mesin menghasilkan 4.591 shp.
Pesawat dapat melaju pada kecepatan maksimum 316 knot dan terbang hingga ketinggian 33.000 kaki. Untuk jarak jelajah dapat menempuh 3.478 mil laut.
Hercules dan Super Hercules dengan beragam variannya, menjadi contoh pesawat angkut militer berumur panjang dan telah terbukti ketangguhannya di segala medan. Keluarga ‘putra dewa’ ini merupakan pesawat yang senantiasa dirindukan pada saat terjadi bencana untuk melaksanakan misi dukungan logistik hingga ke pelosok-pelosok wilayah.
Roni Sontani