AIRSPACE REVIEW (angkasareview.com) – Guna menambah daya gempur Batalyon Kavaleri (Yonkav) TNI AD khususnya kendaraan tempur beroda atau populer dengan sebutan panser, pada pertengahan 1970-an didatangkan keluarga panser LAV V-150 dari Amerika Serikat.
Sebanyak 58 unit panser buatan Cadiilac Cage ini didatangkan ke Tanah Air dalam proyek bersandi “Giling Wesi”. Dengan rincian, 48 unit versi serbaguna dan 12 varian pemberi dukungan tembakan (FSV).
Khusus selusin V-150 versi FSV ini dibekali persenjataan utama berupa kanon Mecar Gun L28 kaliber 90 mm buatan Belgia.
Kanon Mecar L28 dapat melepaskan beberapa jenis munisi seperti APFSDS, HEP-T, dan TPFSDS-T. Selain untuk menggempur beragam kendaraan tempur, kanon juga digunakan sebagai penghancur bangunan atau perkubuan lawan.
Untuk menghadapi sasaran lunak seperti kendaraan taktis ringan atau gerombolan prajurit lawan, V-150 FSV dibekali senapan mesin M-60 kaliber 7,62 mm koaksial.
Kendaraan berpenggerak 4X4 ini dibekali mesin bensin Chrysler 361 berdaya 210 hp. Kecepatan maksimum di jalan datar V-150 FSV mencapai 100 km/jam.
Dengan tangki bahan bakar penuh 300 liter, jangkauan operasi V-150 FSV mencapai 644 km.
Untuk spesifikasinya, V-150 FSV memilik panjang badan 5,69 m, lebar 2,26 m, dan tinggi 2,5 m. Kendaraan berbobot lebih dari 9 ton ini diawaki tiga personel yakni komandan, pengemudi, dan juru senjata.
Seperti halnya keluarga panser FV 601 Saladin, Bengpuspal Direktorat Peralatan TNI AD, Bandung juga dipercaya untuk melakukan retrofit pada keluarga panser V-150.
Mesin bensin bawaan kemudian diganti dengan mesin diesel tipe V-6 berdaya 155 hp. Selain lebih irit, mesin diesel ini juga terkenal bandel.
Selain itu V-150 retrofit mendapatkan transmisi otomatis AT-545 buatan Allison.
Di lingkungan Batalyon Kavaleri TNI AD, panser jenis FSV generasi kedua hanya dimiliki oleh Yonkav 7 Pragosa Satya Kodam Jaya yang bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider