APR-1, Nenek Moyang Ranpur Buatan Pindad yang Telah Teruji Perang

PindadRangga Baswara Sawiyya

ANGKASAREVIEW.COM – Bagi penggemar dunia alutsista tentu sudah tak asing dengan nama panser Anoa, rantis Komodo, dan tank Harimau yang sedang dikembangkan Pindad dan dalam beberapa bulan belakangan santer diberitakan media. Kendaraan perang tersebut semuanya dibuat oleh Divisi Kendaraan Khusus Pindad berdasar pengalaman panjang matang ditempa waktu yang telah dimulai pada awal milenium baru.

Sobat Angkasa Review, terkadang kreativitas bisa muncul pada saat tertekan. Ini pula yang melatarbelakangi lahirnya kendaraan milter pertama buatan Pindad satu setengah dekade silam. Tepatnya pada tahun 2003 di mana pada masa itu konflik bersenjata di Aceh melawan GAM sedang panas-panasnya. Di lain pihak, Indonesia sedang terkena embargo senjata dari negara-negara Barat.

Jangankan untuk membeli baru, bahkan produk alutsista buatan Barat yang telah dimiliki pun tak boleh digunakan untuk operasi militer. Sebagai contoh, adalah penggunaan jet serang ringan Hawk 100/200 dan ranpur beroda rantai Stormer APC, keduanya tak diperkenankan pihak Inggris untuk digunakan TNI dalam melawan GAM.

Dalam keadaan yang kurang mengenakkan tersebut, salah satu jalan pintas yang dilakukan TNI dan Polri adalah memodifikasi truk miliknya (di antaranya Reo dan Unimog) yang ditempeli pelat baja antipeluru di sekujur tubuhnya. Penambahan baju zirah ini dengan sendirinya memang cukup mengganggu mobilitas dan mengurangi kinerja kendaraan karena bobotnya yang berlebihan.

Untuk menambah kekuatan kendaraan angkut pasukan lapis baja (APC), Panglima TNI masa itu Jenderal TNI Endriartono Sutarto meminta Pindad untuk mengembangkan ranpur ringan yang dapat dipersenjatai. Pindad yang saat itu di bawah pimpinan Budi Santoso, menyanggupi dan segera membangun purwarupa pertama pada Agustus 2003.

Ranpur pertama buatan Pindad ini dinamai APR-1 (Angkut Personel Ringan ke-1). Menggunakan desain bodi monokok dengan bobot mencapai 5,2 ton. Untuk mempercepat pembangunannya, APR-1 menggunakan komponen dan mesin dari kendaraan truk kelas ¾ buatan Isuzu. Dapur pacunya berkapasitas 2.800 cc dengan daya 120 hp, mampu melaju maksimum di jalan datar hingga 100 km/jam.

PindadRangga Baswara Sawiyya

Pindad sendiri bekerja ekstra cepat. Tak memerlukan waktu lama, dalam hitungan empat bulan sebanyak 17 unit APR-1 mulai diserahkan ke TNI AD. Seluruh unit dalam batch pertama ini langsung dikerahkan ke daerah konflik di belantara Aceh guna menghadapi GAM. TNI AD sendiri memesan sebanyak 40 unit yang sisanya diselasaikan Pindad tahun 2004.

Sobat AR, sebagai kendaraan APC, APR-1 dapat mengangkut 12 prajurit bersenjata termasuk pengemudinya. Sebagai persenjataan bela diri dan untuk bertempur, di atas atapnya tersedia kubah putar yang dilengkapi dudukan senjata. Kubah ini mengusung pelontar granat otomatis AGL 40 dan senapan mesin kaliber 7,62 atau 12,7 mm serta dilengkapi peluncur granat asap kaliber 60 mm.

Dari total 40 unit APR-1 yang diproduksi, sebagian di antaranya masih terus aktif berdinas hingga saat ini. Di antara penggunanya adalah Kompi Intai Kaveleri 8/2 Kostrad, Malang dan Yonkav 11/Serbu Kodam Iskandar Muda, Aceh Besar.

Selain masih dapat diandalkan, Pindad bolehlah berbangga karena sang nenek moyang ranpur buatannya ini telah teruji kemampuannya di palagan yang sesungguhnya. Alias telah mendapat cap battle proven.

Rangga Baswara Sawiyya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *