ANGKASAREVIEW.COM – Sebagai negara terbesar dan terluas di kawasan Asia Tenggara, Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso mendorong maskapai nasional untuk menjadi raja di sektor penerbangan komunitas negara Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam acara FGD yang membahas tentang peluang dan tantangan industri penerbangan indonesia di era ASEAN SAM, Agus menyebutkan bahwa Indonesia memiliki wilayah 43 persen dari total luas wilayah ASEAN dan jumlah penduduk Indonesia 41 persen dari total penduduk ASEAN. Menurutnya, hal itu menempatkan Indonesia sebagai pasar terbesar penerbangan di ASEAN.
Dalam acara yang diinisiasi oleh Harian Bisnis Indonesia tersebut, tampil juga sebagai panelis Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait, CEO Indonesia AirAsia Dendy Kurniawan dan Dirut PT. Angkasa Pura I Faik Fahmi dengan moderator Pimpinan Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto.
Baca Juga:
Citilink Rambah ASEAN dengan Rute Jakarta-Penang
Garuda Raih Penghargaan Best Asean Airlines Program di Ajang ASEANTA 2018
“Indonesia itu mempunyai bonus demografi, yaitu mempunyai banyak penduduk usia muda. Dalam hal penerbangan, bonus demografi tersebut merupakan pasar potensial yang bisa dilayani oleh bisnis penerbangan. Karena di jaman now ini, anak-anak remaja hingga orang dewasa mempunyai kebutuhan mendesak yaitu travelling, dan ini tentu saja membutuhkan transportasi termasuk transportasi udara,” ujar Agus di Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Menurut Agus, bonus demografi inilah yang menyebabkan penumpang penerbangan di Indonesia tiap tahun meningkat antara 10-11 persen. Pertumbuhan tersebut melebihi rata-rata pertumbuhan penumpang di dunia, termasuk di kawasan Asia Pasifik dengan rata-rata 9 persen.
Namun demikian, lanjut Agus, walaupun pasar kita yang terbesar, ternyata penerbangan Indonesia dari dan ke negara-negara ASEAN itu 52 persen dilayani maskapai penerbangan asing dan maskapai kita hanya 48 persen.
Agus menjelaskan, ada beberapa cara yang saat ini dilakukan untuk membalik angka tersebut. Di antaranya dengan memberi berbagai kemudahan di bidang perizinan dan mendirikan usaha sehingga peluang usaha di penerbangan nasional semakin terbuka lebar. Tidak hanya untuk maskapai penerbangan, namun juga bisnis turunannya MRO, catering, ground handling dan lainnya. (ERY)