Alamak! Indonesia setop program drone intai Elang Hitam untuk militer

Elang Hitam_ Indonesian MALE droneVia Janes, Istimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Akhirnya Indonesia harus memupus impian anak bangsanya untuk punya drone MALE (medium-altitude long-endurance) versi militer buatan dalam negeri.

Indonesia tidak akan lagi meneruskan pengembangan program kendaraan udara tak berawak jenis MALE yang dikenal dengan nama Elang Hitam sebagai platform militer.

Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengonfirmasi kepada Janes pada 15 September bahwa sumber daya dari proyek tersebut, dari peruntukan militer akan dialihkan ke inisiatif sipil.

Konfirmasinya tersebut menguatkan informasi yang telah diberikan kepada Janes oleh sumber industri sejak pertengahan 2022, menunjukkan bahwa Elang Hitam berisiko dilanjutkan sebagai proyek militer.

Ini secara efektif menangguhkan ambisi nasional untuk mengembangkan drone MALE buatan dalam negeri dengan aplikasi militer, yang telah terdaftar sebagai salah satu ‘proyek strategis’ Presiden Joko Widodo, sebagaimana digariskan dalam Keputusan Presiden ketiga tahun 2016.

Konsorsium swasta-publik Indonesia, untuk mengembangkan program Elang Hitam, pertama kali didirikan pada tahun 2017.

Konsorsium tersebut terdiri dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan), TNI AU, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Len Industri, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Selain memenuhi persyaratan Angkatan Udara Indonesia (TNI AU) untuk drone yang mampu menyerang dengan cepat, Elang Hitam juga akan sebuah testbed untuk sistem kontrol dan tempur drone yang dikembangkan secara lokal.

Prototipe pertama Elang Hitam diluncurkan kepada publik di fasilitas PTDI di Bandung pada 30 Desember 2019.

Selanjutnya dibuat rencana untuk menguji berbagai senjata yang dikembangkan secara lokal dan sistem kontrol drone pada platform dan prototipe berikutnya.

-RBS-

12 Replies to “Alamak! Indonesia setop program drone intai Elang Hitam untuk militer”

  1. kalo untuk sipil paling cuma laku kurang dr 5 unit, paling untuk pengindraan jarak jauh ama nebar pupuk :D, padahal potensi terbesarnya ada di bidang militer. semoga kedepan masih dilanjutkan projeknya untuk militer

  2. Padahal manfaat untuk misi diperbatasan darat dan laut sangat besar juga ekonomis.Untuk dimedan militerpun juga sangat menguntungkan.Tekanan apa? Teka-teki apa? Nelongso.

    1. kenapa dihentikan??…
      takut tekanan ya??…
      hayo pekikan MERDEKA.. MERDEKA.. MERDEKA!!!.
      JANGAN TAKUT BLOK BARAT-BLOK TIMUR, JANGAN PAKEWUH ASEAN!!.

  3. Padahal kunci kemajuan militer suatu bangsa adalah Riset dan Inovasi teknologi bangsa tsb, tanpa itu Indonesia hanya akan terus bergantung pada alutsista produksi negara lain, Posisi Indonesia secara militer akan lemah, karena rawan diembargo. Kalau ingun kuat, Indonesia harus meniru China, yg sangat mandiri secara militer.

    1. Ayo bangkit negaraku jangan takut dg tekanan yg bisa menghentikan mimpi mimpi luhur anak bangsa untuk menjadi negara yang mandiri dan berdaulat…kita negara non blok jadi tidak ada alasan utk takut dg tekanan dari pihak lain

    2. sangat setuju, inovasi dalam militer lebih penting supaya tidak jadi negara besar yang sePELE, diancam embargo langsung mundur,
      negara kaya tapi bergantung dengan negara lain

  4. Judulnya yg sengaja nyasarin pembacanya sih….padahal salah satu tugas mulia wartawan adalah mengedukasi masyarakat

    Yg terjadi saat ini adalah mengembalikan pada rel sesuai dg roadmap yg telah disusun….yaitu mengembangkan platform utk drone MALE ISR ??? inipun usernya militer juga (AU, AL)yg datanya bisa dishare ke instansi lain.

    Setelah proyek MALE-ISR sukses barulah dikembangkan ke tipe lainnya spt UCAV.

    Kenapa kemarin roapmapnya mau dilompati langsung menuju ke UCAV….mungkin saat itu ada kebutuhan yg impulsif yg didasari ketegangan di LCS yg saat ini sudah mereda

  5. Sayang ya dihentikan, padahal sekarang ancaman/ gsngguan wiyayah teritorial Indonesia oleh negara asing sdh nyata/ berlangsung shg drone itu bisa membantu pengawasan lebih efektif & efisien, semoga ada pahlawan yg bisa meneruskan proyek ini, amiin.

  6. dipikir ngopi ch-4 itu gampang kali, saya sudah duga proyek ini akan dihentikan. untuk membangun drone canggih macem ch-4 itu butuh dana riset besar dan produksi volume yang besar (ratusan unit) supaya biaya riset kembali dan perusahaan untung. mengcopy bentuk mudah tetapi membuat material komposit, mesin dan sistem komunikasi anti jamming secara mandiri perlu riset lama dan biaya besar. kalau untuk keperluan sipil komponen inti tidak masalah untuk di import jadi tidak perlu 100 persen buatan sendiri, karena tidak srategis untuk diembargo saat perang.

  7. Biar kita impor terus dan bego terus,
    mungkin seperti kasusnya pengembangan pesawat di era pak habibie, terganjal IMF atau bahkan era kendaraan listrik pak dahlan iskan, akhirnya kita jadi penonton.

  8. Nggak jelas penghentian program drone militer yang sdh di mulai, mungkin ada pedagang senjata yng merugi kl NKRI bisa bikin senjata sendiri, katanya mau mandiri di bidang pertahanan kok malah diberhentikan sendiri.
    Jangan2 hasil penelitian dan pekerjaan yang sdh dilakukan dijual ke perusahaan lain nanti ujung2nya pemerintah cukup beli dron dari negara lain.
    Benar2 nggak jelas program mandiri pertahanan yang di canangkan pemerintah. Kalau kurang dana minta aja ke rakyat pasti rakyat dengan senang hati nyumbang. ? ? ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *