Elon Musk sebut Ukraina perlu menggelar Pemilu darurat untuk mengganti Zelensky, Oposisi Ukraina: Pemilu hanya bisa digelar paling lambat 180 hari setelah perang berakhir

Elon Musk dan ZelenskyAP, Reuters

AIRSPACE REVIEW – Orang terkaya di dunia yang memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan Presiden AS Donald Trump saat ini, Elon Musk, menyebut Ukraina perlu menggelar pemilihan umum (Pemilu) untuk mengganti Presiden Volodymyr Zelensky.

Musk mengatakan hal itu melalui akun X-nya dan menyebut bahwa Zelensky akan kalah telak dalam pemilihan presiden.

“Ukraine needs to hold an election. Zelensky would lose by a landslide,” tulis Musk.

Musk menulis hal itu mebalas unggahan akun Amuse yang menulis:

“Tim Trump telah bertemu dengan para pemimpin oposisi utama Ukraina untuk membahas penyelenggaraan pemilihan umum darurat untuk menggantikan Zelensky. Perubahan rezim mungkin merupakan satu-satunya jalan menuju perdamaian yang menghindari perang global.”

Sementara itu, pemimpin oposisi Ukraina yang juga mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko menepis gagasan Pemilu yang diberitakan media.

Poroshenko mengatakan pada hari Kamis bahwa timnya bekerja sama dengan mitra AS untuk mempertahankan dukungan bagi Ukraina, tetapi ia menambahkan bahwa ia menentang Pemilu di masa perang.

Dalam pernyataan tertulis yang dipublikasikan di Telegram, Poroshenko mengatakan Pemilu seharusnya hanya dapat dilakukan setelah perdamaian tercapai.

Ia menyebut, pemungutan suara harus dilakukan paling lambat 180 hari setelah berakhirnya perang.

Yuliia Tymoshenko, pemimpin oposisi Ukraina lainnya, mengatakan timnya sedang berbicara dengan semua sekutu yang dapat membantu mengamankan perdamaian yang adil sesegera mungkin.

Ia menegaskan bahwa Pemilu seharusnya tidak dilakukan sebelum pedamaian tercapai.

Sebelumnya, Politico melaporkan pada hari Rabu bahwa empat anggota senior Presiden Trump telah mengadakan diskusi dengan beberapa lawan politik utama Zelenskiy.

Pembicaraan tersebut dilakukan dengan Tymoshenko dan anggota senior partai Poroshenko yang menjabat sebagai Presiden Ukraina pada 2014 hingga 2019.

Pembahasan tersebut difokuskan pada apakah Ukraina dapat menyelenggarakan pemilihan presiden dengan cepat.

Presiden Trump telah menghentikan bantuan militer dan pembagian intelijen dengan Kyiv secara mengejutkan setelah pertikaiannya dengan Zelensky di Ruang Oval seminggu yang lalu.

Usai Trump memblokir bantuan terhadap Ukraina, Zelensky dengan segera menyatakan penyesalannya atas apa yang terjadi di Gedung Putih. Ia kemudian mengatakan bersedia untuk bekerja sama dengan Presiden Trump untuk mencapai perdamaian.

Reuters mencatat, persaingan politik antara Poroshenko dan Zelenskiy sejatinya sudah berlangsung bertahun-tahun.

Bulan lalu, Zelenskiy menyetujui sanksi terhadap Poroshenko atas apa yang digambarkan oleh intelijen negara sebagai alasan keamanan nasional. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *