Drone HALE WZ-7 China terlihat untuk pertama kalinya di dekat Filipina

WZ-7 Soar Dragon
ROE

AIRSPACE REVIEW – Sebuah drone jenis HALE (high-altitude long-endurance) WZ-7 milik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) terlihat untuk pertama kalinya terbang di atas Laut Cina Selatan dekat Filipina.

Drone yang dijuluki Soaring Dragon ini diamati oleh Raffy Tima, reporter GMA News saat meliput proyek yang mendukung komunitas nelayan lokal di daerah tersebut pada 18 April.

Boeing_contoh2

Penampakan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan, yang ditandai dengan penempatan awal sistem rudal Typhon Angkatan Darat Amerika Serikat di Pulau Luzon, Filipina, awal bulan ini.

Sistem Typhon mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk dan rudal multiguna SM-6, menargetkan ancaman darat dan maritim hingga jarak hampir 1.600 km.

Drone WZ-7 sendiri biasanya beroperasi dari Pangkalan Udara Shuangliao di timur laut China. Mereka aktif mengawasi tidak hanya dari atas langit Laut Cina Selatan tetapi juga di sekitar Selat Taiwan dan di sepanjang garis pantai Jepang.

Kehadiran WZ-7 di perairan yang diperebutkan di wilayah Laut China Selatan ini bertepatan dengan periode perselisihan yang semakin intensif antara China dan Filipina terkait Scarborough Shoal.

Tindakan semakin tegas yang dilakukan juga oleh Penjaga Pantai dan Milisi Maritim China di wilayah penting tersebut mungkin mengindikasikan strategi peningkatan pengawasan oleh Beijing, yang terus mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan meskipun ada perselisihan internasional.

Dilansir oleh Army Recognition (19/4), taruhan dari peningkatan pengawasan ini bisa jadi untuk mendukung klaim teritorial China sambil memantau perkembangan militer asing, terutama pemasangan sistem Typhon yang menandai perubahan signifikan dalam kehadiran militer Amerika Serikat di wilayah tersebut.

Mengenai WZ-7, drone intai strategis ini diluncurkan ke publik pertama kali di Zhuhai Airshow 2021. Dirancang oleh Grup Industri Pesawat Terbang Chengdu dan dibangun oleh Perusahaan Industri Pesawat Terbang Guizhou.

Drone memiliki konfigurasi sayap tandem yang unik, dengan satu sayap di tengah badan pesawat dan satu lagi di belakang, konon memberikan peningkatan rasio lift-to-drag dan kontrol penerbangan yang lebih sederhana dibandingkan drone bersayap konvensional.

WZ-7 dapat dilengkapi dengan sensor yang cocok guna menandai kapal perang permukaan lawan untuk dijadikan sasaran rudal balistik antikapal dan rudal jelajah. Drone tersebut dapat memberikan data ke unit peluncur rudal balistik seperti DF-21D.

Selain itu, WZ-7 dilengkapi dengan perangkat komunikasi medan perang yang canggih dan peralatan pengacau elektronik, yang memungkinkannya berfungsi sebagai relai komunikasi di ketinggian dan untuk menyebarkan peralatan pengacau elektronik di dekat armada lawan.

WZ-7 berdimensi panjang 14,3 m, lebar sayap 24,8 m, dan tinggi 5,4 m. Ditenagai oleh mesin turbojet Guizhou WP-13.

Drone memiliki kecepatan jelajah 750 km/jam, dengan jangkauan maksimum 7.000 km atau ketahanan terbang 10 jam, membawa muatan misi hingga 650 kg. -RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *