Hadapi China yang makin agresif, Taiwan siapkan rudal baru “Pedang Langit III” untuk jet tempur F-CK-1: Jangkauan 150 km, kecepatan Mach 6

Rudal Sky Sword II dan jet tempur F-CK-1 Ching-KuoNCSIST, ROCAF

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Setelah mengembangkan rudal udara ke udara Sky Sword (Pedang Langit) di tahun 1980-an dan kemudian membuat penerusnya Sky Sword II, kini Taiwan menyiapkan rudal pembunuh target udara terbaru yaitu Sky Sword III.

Pengembangan rudal Pedang Langit III ini telah diselesaikan oleh Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan Taiwan (NCSIST) beberapa waktu lalu.

Rudal Sky Sword III memiliki jangkauan operasional lebih jauh, hingga 150 km (93 mil) dibandingkan varian Sky Sword II yang memiliki jangkauan 60 km.

Dalam kecepatan terbang pun juga lebih tinggi, yakni mencapai Mach 6 dibandingkan varian sebelumnya yang hanya Mach 4.

Seorang pejabat senior pemerintah Taiwan mengatakan, Sky Sword III dikembangkan sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman militer dan agresivitas China.

Dengan rudal terbaru ini diharapkan pertahanan udara Taiwan akan lebih kuat dan tangguh. Sky Sword III akan melengkapi rudal Avenger buatan AS yang telah dimiliki.

Versi pertama rudal Sky Sword I dilengkapi sistem pencari pencitraan inframerah. Rudal memiliki hulu ledak dengan daya ledakan tinggi, serta mesin propelan padat untuk melengkapi sistem tembakan fire-and-forget.

Sky Sword I dikembangkan menjadi Sky Sword II yang memiliki jangkauan di luar visual (BVR). Pada Sky Sword III, kemampuan tersebut lebih meningkat lagi.

Sama seperti pendahulunya, rudal ini akan melengkapi jet tempur AIDC (Aerospace Industrial Development Corporation) F-CK-1 Ching-Kuo buatan dalam negeri Taiwan.

F-CK-1 Ching-Kuo yang juga dijuluki sebagai jet tempur IDF (Indigenous Defense Fighter) merupakan pesawat tempur multiperan.

Nama jet tempur ini diambil dari nama mendiang Presiden Taiwan. Pesawat mengudara pertama kali pada tahun 1989 dan mulai beroperasi di Ankatan Udara Taiwan (Republic of China Air Force) pada tahun 1992. Sebanyak 130 unit pesawat ini berhasil diproduksi oleh Taiwan hingga tahun 1999.

Taiwan memprakarsai program IDF ketika Amerika Serikat menolak menjual jet tempur F-20 Tigershark dan F-16 Fighting Falcon.

Dari situ Taiwan memutuskan untuk mengembangkan jet tempur dalam negeri yang canggih melalui AIDC yang berbasis di Taichung, Taiwan.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *