Turkiye ingin membeli 40 jet Typhoon: Spanyol dan Inggris sudah setuju, Jerman kemungkinan besar menolak, Italia belum bersuara

Eurofighter Typhoon__Istimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Ditendang dari program F-35 oleh Amerika Serikat dan dipersulit untuk mendapatkan 40 F-16 Viper oleh Kongres AS, Turkiye bersuara ingin membeli 40 jet tempur Eurofighter Typhoon.

Akan tetapi, keinginan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari empat negara konsorsium Eurofighter yang terdiri dari Inggris, Jerman, Spanyol, dan Italia.

Sejauh ini Inggris dan Spanyol telah menyatakan persetujuannya. Sementara penolakan kemungkinan akan dinyatakan oleh Jerman, tulis Anadolu. Sedangkan Italia tidak disebutkan atau belum menyatakan suaranya.

“Kami ingin membeli Eurofighter. Ini adalah pesawat yang sangat efektif. Pesawat-pesawat ini ada hubungannya dengan Inggris, Jerman dan Spanyol,” kata Menteri Pertahanan Nasional Yasar Guler pada Kamis.

“Baik Inggris dan Spanyol mengatakan ‘ya’, dan sekarang mereka berupaya untuk membujuk Jerman. . Inggris dan Spanyol mengatakan: ‘Kami akan menyelesaikan masalah itu’. Jika terselesaikan, kami berencana membeli 40 jet Eurofighter,” lanjut Guler.

The Drive menulis, keengganan Jerman untuk menyetujui penjualan Typhoon ke Turkiye disebabkan Ankara terus melakukan penyerangan terhadap kelompok Kurdi di Suriah.

Hal ini kemudian diperburuk oleh sikap Ankara yang mempermasalahkan penyerangan Israel ke Hamas di Jalur Gaza.

Sementara itu, Austria yang ingin melepas jet Typhoon versi Tranche 1 yang dinilai memiliki kemampuan terbatas dalam hal serangan udara ke darat, bisa menjadi alternatif bagi Ankara bila ingin cepat-cepat memiliki armada Typhoon bekas.

Namun sekali lagi, transfer jet Eurofighter ini tetap membutuhkan persetujuan dari Jerman, walau Inggris dan Spanyol setuju.

Saluran berita TV Al Arabiya yang berbasis di Saudi melaporkan bahwa Presiden Turki Tayyip Erdogan kemungkinan akan meminta Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mencabut larangan penjualan Typhoon selama kunjungannya ke Jerman besok.

Namun, laporan menunjukkan bahwa Scholz kemungkinan besar tidak akan terpengaruh oleh bujukan Ergoan.

Meskipun Jerman sudah mempunyai kebijakan ekspor senjata yang sangat ketat, iklim politik saat ini memberi Berlin alasan tambahan untuk tidak mentransfer senjata ke Turki.

Faktor lain yang mungkin menghambat persetujuan Jerman untuk penjualan Typhoon adalah karena penolakan Turki yang terus-menerus terhadap ratifikasi keanggotaan Swedia di NATO.

Kebutuhan mendesak akan pesawat tempur tambahan muncul ketika Ankara menghadapi penundaan dalam rencananya untuk membeli lebih banyak F-16.

Angkatan Udara Turki sudah menjadi operator F-16 terbesar ketiga di dunia, dengan total 270 pesawat dikirimkan dalam konfigurasi Block 30, Block 50, dan Block 50+ yang lebih mumpuni.

Turki telah meminta kesepakatan senilai 20 miliar USD untuk pembelian 40 unit F-16 baru, serta sekitar 80 peralatan modernisasi untuk jet yang sudah ada, sejak Oktober 2021.

Namun pengajuan oleh Turki ini terus ditunda-tunda oleh AS seiring hubungan Ankara dan Washington yang kadang memanas namun kadang juga mendingin.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *