AFSOC AS pertimbangkan ganti meriam 105 mm AC-130J Ghostrider dengan rudal jelajah kecil

Meriam 105 mmAFSOC
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Komando Operasi Khusus Angkatan Udara AS (AFSOC) mengonfirmasi sedang mempertimbangkan untuk menghapus meriam 105 mm pada pesawat serang khusus AC-130J Ghostrider setelah tahun 2026

Ide ini muncul ketika AFSOC memikirkan kembali bagaimana mereka akan menggunakan pesawat serang darat bersenjata berat tersebut setelah berakhirnya Perang Afghanistan, tulis Defense News (8/11).

Boeing_contoh2

Namun untuk melepas meriam 105 bukan tidak menimbulkan masalah, ungkap seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Karena melepas meriam besar dari sisi kiri pesawat akan menciptakan ketidakseimbangan pusat gravitasi pesawat, dan masalah struktural lainnya.

Ditambahkan, harga untuk melepas senjata dan memperbaiki badan pesawat di seluruh armada kemungkinan besar mencapai jutaan dolar.

Sebelumnya, AFSOC telah mengesampingkan penggantian meriam 105 mm tersebut dengan laser berenergi tinggi yang saat ini sedang menjalani pengujian dan pernah dipertimbangkan untuk AC-130J.

Pejabat Angkatan Udara lainnya, yang juga tidak disebutkan namanya, menjelaskan bahwa menempatkan laser di tempat senjata 105 mm sekarang menghasilkan begitu banyak turbulensi udara sehingga akan mengganggu pancaran laser.

Salah satu pertimbangan sebagai pengganti meriam 105 mm adalah rudal jelajah kecil. Namun AFSOC belum memutuskan rudal spesifik mana yang dapat mengisi peran ini.

Awak pesawat dapat mengeluarkannya dari jalur tempur untuk diluncurkan (berpotensi sebagai amunisi palet), berupa sebuah wadah berisi beberapa rudal jelajah dikeluarkan dari buritan pesawat dan lalu menembakkannya.

AFSOC mengatakan rudal jelajah ini akan memungkinkan serangan terhadap sasaran tetap dan bergerak, dan memungkinkan AC-130J untuk menyerang musuh dari jarak yang lebih aman.

Mengenai AC-130J adalah versi keempat dan terbaru dari seri tempur yang terkadang dijuluki “Malaikat Maut”.

Keluarga AC-130 pertama kali beraksi selama Perang Vietnam. Selanjutnya militer AS sering menggunakan AC-130 selama perang di Irak dan Afghanistan, khususnya pada misi dukungan udara jarak dekat.

AFSOC awalnya menginginkan armada 37 Ghostrider baru untuk menggantikan pesawat AC-130H Spectre, AC-130U Spooky dan AC-130W Stinger II yang sekarang sudah pensiun, namun tahun lalu menghentikan pengadaan sebanyak 30 unit saja.

Dalam pertempuran modern dan lawan yang berat, membuat peran pesawat khusus ini dipertanyakan keefektifannya. Terutama harus terbang berlama-lama di udara dengan senjata yang terbilang uzur.

Dalam perang modern, penggunaan drone bersenjata jauh lebih efektif, selain biaya operasional yang rendah juga tak ada kerugian nyawa awak pesawat.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *