Genjot pembelian Rafale dan F-15EX, Kemhan minta anggaran 2024 dinaikkan menjadi Rp350 triliun

Rafale dan F-15EX_ Airspace ReviewDassault, Boeing
ROE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan anggaran Rp350 triliun dalam pagu indikatif tahun anggaran 2024. Pengajuan disampaikan Wakil Menteri Pertahanan M. Herindra dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Rabu (7/6/2023), diberitakan Kompas TV.

M. Herindra menjelaskan tingginya pagu indikatif tersebut untuk rencana kebutuhan Kemhan dan TNI.

Boeing_contoh2

Semisal upaya moderenisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai dengan Minimum Essential Force (MEF).

Menurut Herindra saat ini pagu indikatif yang diberikan ke Kemenhan pada 2024 hanya sebesar Rp123 triliun. Sedangkan 40 persen dari rencana kebutuhan Kemhan sudah mencapai Rp300 triliun.

“Kita upayakan karena pagu yang kita terima jauh yang diajukan. Kita masih ada program pembelian pesawat tempur Rafale dan F-15 sedang dinegosiasi. Kita ingin membuat pertahanan kita kuat karena negara kita itu besar. Untuk menjaga kedaulatan negara harus mempunyai TNI yang kuat,” ujar Herindra usai rapat.

Herindra menambahkan pagu indikatif yang diberikan kepada Kemenhan pada 2024 sebesar Rp123 triliun belum memumpuni. Apalagi jumlah tersebut akan dibagi untuk Kemenhan, Markas Besar (Mabes) TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

Sedangkan saat ini realisasi penyerapan anggaran Kemenhan selama ini sudah mencapai 90 persen. Pihaknya berharap Komisi I DPR bisa menerima usulan pagu indikatif Kemhan tahun 2024 sebesar Rp350 triliun.

Sebab, sambung Herindra, pagu yang diterima Kemhan dinilai masih terlampau jauh dari anggaran yang diajukan.

“Kemenhan akan terus berupaya melakukan kekuatan pokok minimum (MEF) untuk mempercepat proses modernisasi alat utama sistem pertahanan Indonesia,” ujarnya.

Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan sedang menjajaki pembelian jet tempur mesin ganda dari Prancis dan Amerika Serikat.

Sebanyak 42 jet tempur Dassault Rafale telah diputuskan untuk diakuisisi oleh Jakarta. Sementara untuk Boeing F-15EX Eagle II jumlahnya 36, namun masih dalam proses dan belum ada kontrak terkait sumber pembiayaannya.

Diberitakan bahwa untuk pengadaan F-15, karena masih terkendala anggaran, kemungkinan akan bertahap dengan jumlah unit yang tidak seperti diputuskan semula. Kemungkinannya adalah 12 unit untuk sementara.

Selain Rafale dan F-15EX, Kemhan juga sedang menjajaki pengadaan Mirage 2000-5 dari Qatar atau Mirage 2000-9 dari Uni Emirat Arab.

Kemhan maupun Mabes TNI telah mengirim perwakilan untuk meninjau kedua pesawat tersebut.

Beberapa waktu lalu, saat melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono turut menyempatkan diri untuk melihat jet tempur Mirage 2000-9 milik Angkatan Udara Uni Emirat Arab.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menyatakan, belum ada keputusan final dari Kemhan untuk mengakuisisi Mirage 2000, walaupun upaya ke arah itu sedang dilakukan.

Satu program yang lain yang juga dilaksanakan oleh Kemhan RI, adalah penyelesaian kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae.

Indonesia masih mempunyai kewajiban bayar iuran sampai program pengembangan ini selesai. Saat ini belum diputuskan, apakah setelah itu Indonesia juga akan mengakuisisi KF-21 ini atau tidak

-Poetra-

One Reply to “Genjot pembelian Rafale dan F-15EX, Kemhan minta anggaran 2024 dinaikkan menjadi Rp350 triliun”

  1. Uang segitu banyaknya kalo di hitung dari APBN 3000 T hampir seperenam nya, besar sekali. Sayang sekali kalo hanya digunakan utk beli alat tempur tanpa TOT tanpa off set. Itu UCAV elang hitam yg digarap BRIN bisa di bangkitkan lg dari kematian dengan dana itu. Pesawat sipil N250 diteruskan roadmap nya atau N 245 atau R 80. Atau kerjasama dgn swasta Indonesia buat pesawat tempur yg moge up nya sdh di pajang d indo defence. Kerjasama dgn Turki ye utk dpt TOT alutsista yg lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *