Mengenang Transall C-160, ‘Hercules’ dari Eropa

Transall C-160Istimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pada hari ini, 60 tahun lalu, tepat tanggal 25 Februari 1963, prototipe pesawat angkut militer C-160 sukses melakukan penerbangan perdananya.

C-160 diproduksi sebagai hasil usaha patungan antara Prancis dan Jerman dengan membentuk perusahaan Transall (Transporter Allianz) yang dibentuk pada Januari 1959.

Konsorsium Transall terdiri dari perusahaan Prancis Nord Aviation dan perusahaan Jerman Weser Flugzeugbau (yang menjadi Vereinigte Flugtechnische Werke/VFW tahun 1964) dan Hamburger Flugzeugbau (HFB).

Satu prototipe dibangun oleh masing-masing mitra produksi. Yang pertama dibangun oleh Nord dan terbang pada 25 Februari 1963. Kemudian prototipe buatan VFW dan HFB menyusul terbang pada 25 Mei 1963 dan 19 Februari 1964.

Kemudian dibuat enam contoh pra-produksi, yang lebih panjang 51 cm dibandingkan dengan tiga prototipe awal. Pesawat tersebut terbang antara tahun 1965 dan 1966.

Pesanan produksi C-160 sendiri sempat tertunda oleh upaya Lockheed (kini Lockheed Martin) dari Amerika Serikat untuk menjual C-130 Hercules ke Jerman.

Namun upaya Lockheed ini ditolak. Kontrak untuk pembuatan 160 unit C-160 diditandatangani pada 24 September 1964, di mana 110 unit untuk Jerman dan 50 unit untuk Prancis.

Pada Juli 1977, Prancis memesan pesawat C-160 tambahan untuk dibangun dengan standar yang lebih baik.

Pekerjaan produksi untuk varian baru dibagi 50-50 antara AĆ©rospatiale (penerus Nord) dan MBB (yang telah menyerap VFW dan HFB), dengan jalur perakitan tunggal di Toulouse, Prancis.

Pintu pemuatan kargo di sisi kiri badan pesawat diganti dengan tangki bahan bakar tambahan di bagian tengah sayap.

Saat dipasang, tangki ini meningkatkan kapasitas bahan bakar dari 19.000 liter menjadi 28.000 liter. Pesawat juga dilengkapi dengan avionik yang diperbarui.

C-160 generasi kedua ini terbang perdana pada tahun 1981. Selanjutnya pesawat diproduksi. Sebanyak 29 untuk Prancis (empat di antaranya untuk misi khusus), dan enam untuk Indonesia yang digunakan oleh Pelita Air Service.

C-160 ditenagai oleh sepasang mesin turboprop Rolls-Royce Tyn, masing-masing berdaya 4.549 kW. Mesin tersebut menggerakkan sepasang baling- baling Dowty Rotol berbilah empat.

Kecepatan maksimumnya mencapai 513 km/jam, ketinggian terbang hingga 8.230 dan jangkauan operasi 1.853 km dengan membawa muatan seberat 16.000 kg.

Keuntungan dari konfigurasi mesin ganda dibandingkan empat seperti pada C-130 adalah pengurangan unit dan biaya produksi, bobot, serta konsumsi bahan bakar yang lebih rendah.

Kelebihan lainnya dari C-160 adalah mampu terbang sejauh 700 m dan mendarat di landasan sepanjang 400 m. Pesawat ini juga dapat terbang dari lapangan alakadarnya seperti dari lapangan tanah keras.

Dalam peran pengangkutan udara, C-160 dapat mengangkut hingga 8,5 ton. Pesawat dapat menerjunkan 88 pasukan terjun payung atau mengangkut hingga 93 pasukan bersenjata lengkap.

Awalnya C-160 dikembangkan untuk memenuhi persyaratan pesawat angkut militer modern untuk Angkatan Udara Prancis dan Jerman.

Namun, belakangan juga diekspor ke Afrika Selatan sebanyak sembilan C-160Z baru dikirim dari tahun 1969-1970 dan Turkiye yang mendapatkan 20 unit C-160D eks AU Jerman pada tahun 1971.

Keberadaan C-160 sendiri sering disebut sebagai ‘Hercules’, dikarenakan kemiripan bentuk dan fungsinya dengan C-130 Hercules.

Total 214 unit C-160 pernah dibuat, dari 1965-1985. Saat ini sejumlah C-160 masih aktif berdinas untuk Angkatan Udara Prancis dan Angkatan Udara Turkiye.

Sementara C-160 milik Angkatan Udara Jerman telah dipurnabaktikan pada Desember 2021, sedangkan milik Angkatan Udara Afrika Selatan sejak 2012.

Untuk menggantikan posisil C-160, Prancis dan Jerman kembali berkolaborasi membangun pesawat angkut militer modern baru yang kemudian menjadi Airbus A400M.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *