AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Amerika Serikat akan mengesampingkan sanksi CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act) kepada India, bila New Delhi mengakuisi jet tempur F/A-18E/F Super Hornet untuk armada kapal induk terbaru India, INS Vikrant.
Anggota Kongres India-Amerika Ro Khanna yang berpidato di Dewan Perwakilan Rakyat tentang masalah ini, mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang lebih penting daripada kemitraan AS-India dalam hal kepentingan strategis AS, seperti ditulis Bulgarian Military.
Ditambahkan bahwa AS dan Boeing telah menginvestasikan dana yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan F/A-18 Super Hornet untuk Angkatan Udara India.
Boeing mengatakan, keunggulan F/A-18 adalah mampu lepas landas dari lereng ski jenis landasan pacu. Pesawat ini juga mampu membawa dua rudal AGM-84 Harpoon, sehingga memenuhi kebutuhan Angkatan Laut India.
Sementara itu, MiG-29K/KUB Rusia dan Dassault Rafale-M dari Prancis ikut berpartisipasi dalam tender jet tempur baru untuk Angkatan Laut India ini.
Meskipun India telah membeli sebagian besar senjata dari Prancis dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, AS berusaha untuk mengambil sebagian dari pangsa pasar Rusia di pasar India.
Analis mengatakan, India menunggu AS untuk meningkatkan F/A-18 Super Hornet ke persyaratan yang diiberarti bahwa New Delhi.
Ini berarti kemungkinan India akan memilih pesawat buatan Boeing, setelah ada persetujuan dengan Washington untuk tidak memberlakukan CAATSA terhadap India.
Sanksi CAATSA muncul bagi India setelah New Delhi membeli sistem pertahanan udara jarak jauh S-400 Triumf dari Rusia pada September 2018 dengan perkiraan biaya 5,43 miliar USD.
Amerika Serikat mengatakan India harus membatalkan kesepakatan dengan Rusia atau menghadapi sanksi.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan pada bulan April bahwa AS belum memutuskan kemungkinan sanksi atau pengecualian kepada India di bawah undang-undang CATSAA atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
-Jaden-