AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Belajar dari pengalaman berharga dikenai sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat selama 20 tahun (1995-2015), Iran yang mengalami pahitnya ketergantungan kepada produk AS maupun Eropa Barat berencana untuk membangun pesawat komersial sendiri.
Pesawat dimaksud adalah di kelas pesawat badan sempit dengan kapasitas 100 penumpang.
Kepala Organisasi Penerbangan Sipil Iran, Touraj Dehqani Zanganeh seperti dikutip Tehran Times mengatakan, rencana pembuatan pesawat ini telah disetujui melalui Nota Kesepahaman antara Organisasi Penerbangan Sipil Iran, Kementerian Pertahanan, serta Kementerian Transportasi dan Pembangunan Perkotaan.
“Kementerian Petahanan dilibatkan untuk untuk dapat menggunakan kemampuan militer negara,” ujar Zanganeh.
Ditambahkan, Iran membutuhkan lebih dari 500 pesawat dalam 10 tahun ke depan untuk menggantikan armadanya saat ini.
Menurut data dari ch-aviation, ada 386 pesawat dari beberapa maskapai di Iran saat ini.
Dari jumlah itu, hampir 40% dari seluruh armada Iran dilarang terbang karena beberapa alasan. Saat ini hanya berkisar 140 pesawat yang aktif.
Musim panas tahun ini merupakan pasar domestik bagi Iran dengan prediksi jumlah penumpang mencapai 12,4 juta dari 85 juta warga Iran.
Sejauh ini pesawat komersial yang diandalkan di dalam negeri adalah pesawat tua seperti MD-82 dan Fokker 100.
Mengembangkan pesawat sendiri di dalam negeri terbilang sangat mahal. Contohnya Bombardier di Brasil yang membutuhkan 6 miliar dolar AS untuk mengembangkan pesawat C-Series (yang saat ini telah diakuisisi oleh Airbus menjadi A220).
Namun tentu semua ini bukan hal mustahil bagi Negeri Para Mullah bila memang bertekad untuk mewujudkannya.
-Jaden-
Indonesia bisa belajar dg Iran