AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Modernisasi jet tempur siluman F-35 Block 4 mengalami penundaan hingga tahun 2027 dari batas jadwal semula pada 2024. Hal ini lantaran belum tersedianya perangkat lunak yang dibutuhkan untuk proses modernisasi tersebut.
Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO), Departemen Pertahanan Amerika Serikat bahkan menilai, target tahun 2027 pun masih belum dipastikan akan tercapai.
Sementara itu, laporan terbaru menyebut, program Joint Strike Fighter mengalami pemotongan anggaran akibat biaya perawatan yang sangat tinggi.
Anggota kunci Kongres, termasuk Ketua Demokrat dari Komite Angkatan Bersenjata DPR Adam Smith, juga curiga menyoroti perkirakan biaya perawatan yang hampir mencapai 2 triliun dolar AS.
GAO juga mengatakan bahwa biaya upaya modernisasi F-35 telah membengkak menjadi 14,4 miliar.
Seperti dilaporkan oleh Breaking Defense, pengembangan perangkat lunak telah menjadi faktor utama masalah ini, termasuk fakta bahwa sekitar seperempat perangkat lunak yang telah dikirimkan oleh kontraktor utama yaitu Lockheed Martin ditemukan memiliki cacat setelah diintegrasikan ke dalam pesawat.
Saat ini program Tim Peninjau Indepedenden untuk perangkat lunak (IRT) telah ditugaskan untuk melakukan peninjauan terhadap masalah ini bekerja sama dengan Lockheed Martin dan Kantor Program Bersama (JPO).
Peningkatan perangkat lunak pada F-35 diperlukan untuk mengimbangi anaman musuh yang terus berkembang.
Tantangan potensial terbesar dari tertundanya modernisasi perangkat lunak pada F-35 Block 4 menyebabkan tersedianya pesawat tersebut juga tidak secepat yang diharapkan.
Sedangkan apabila produksi F-35 tidak sesuai dengan persyaratan layanan militer AS maupun sekutu AS yang memesan pesawat ini, akan menyebabkan kekacauan di masa depan.
Saat ini Departemen Pertahanan dan Angkatan Udara AS yang awalnya berencana membeli 1.763 unit F-35, tengah merumuskan kembali langkah apa yang sebaiknya diambil.
Tanto Eagle