AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Industri Dirgantara Korea Selatan, Korea Aerospace Industries (KAI), berencana mengembangkan bisnisnya dengan membuat pesawat angkut militer bekerja sama dengan industri dari negara lain.
Seorang pejabat dari perusahaan itu mengatakan, pembuatan pesawat angkut militer sayap tetap, akan menjadi bidang bisnis baru yang akan dijelajahi oleh KAI.
Bagi KAI, ujarnya, pasar pesawat angkut merupakan bidang yang belum tereksplorasi dan memiliki potensi lokalisasi tinggi dan membuka peluang keuntungan yang besar.
“Intensitas teknologi pesawat angkut lebih rendah daripada jet tempur, sementara pasar perawatan, perbaikan, dan perombakan pesawat angkut tetap menguntungkan,” jelasnya.
Sejak didirikan pada 1999, KAI telah melahirkan sejumlah produk kedirgantaraan dalam negeri termasuk jet latih, helikopter, pesawat tempur, dan satelit.
Pengembangan pesawat tempur KF-X, saat ini sedang berlangsung dengan peluncuran prototipe dijadwalkan tahun depan.
Terkait pesawat angkut militer, KAI memprediksi kebutuhan domestik akan pesawat ini mencapai 100 unit dalam tiga dekade mendatang.
Selain itu, perusahaan juga meyakini akan mendapat peluang untuk menjual sekitar 100 pesawat ke luar negeri.
“Untuk memenuhi permintaan dalam mengatasi ancaman nonmiliter yang meningkat seperti bencana nasional, penyakit menular dan bantuan kemanusiaan, kebutuhan akan pesawat angkut militer kemungkinan juga akan meningkat,” lanjut sumber tadi.
Saat ini Angkatan Bersenjata Korea Selatan mengoperasikan sekira 60 pesawat angkut buatan negara lain.
Angkatan Udara Korea (RoKAF) misalnya, mengoperasikan pesawat C-130 Hercules buatan Lockheed Martin dan CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Sementara Angkatan Laut (ROKN) mengoperasikan Lockheed P-3C Orion dan sudah memesan Boeing P-8A Poseidon untuk misi patroli maritim.
Pesawat tertua yang digunakan oleh ROKN saat ini adalah P-3C dengan usia pakai 25 tahun.
KAI berharap dapat mewujudkan pesawat angkut militer dalam negeri dalam waktu tujuh tahun ke depan dengan investasi sekitar 2,7 miliar dolar AS.
Setelah berhasil membuat pesawat angkut militer, KAI berniat memodifikasinya menjadi pesawat komersial dengan kapasitas tempat duduk untuk 100 penumpang.
Saat ini, kata sumber tersebut, KAI sedang mengincar kemitraan internasional. Khususnya dengan perusahaan dari Eropa seperti Airbus Defense and Space, Antonov dari Ukraina, maupun Embraer dari Brasil.
Roni Sontani