AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tanggal 29 Februari 2020, satu pesawat angkut militer C-130J Super Hercules dari Skadron No. 37 RAAF mendarat di Benua Antartika alias di wilayah Kutub Selatan Bumi. Sebelumnya, pesawat ini terbang dari Bandara Hobart di Tasmania dan menjelajah angkasa sejauh 3.400 km melintasi Lautan Pasifik hingga sampai ke landasan es di Wilkins Aerodrome.
Dalam penerbangannya, pesawat membawa tangki bahan bakar eksternal untuk menambah persediaan fuel dari 19 ton menjadi 27 ton.
Seperti Airspace Review kutip pemberitaan Kementerian Pertahanan Australia, terakhir kali pesawat C-130H Hercules RAAF mendarat di Antartika tahun 1989. Saat itu satu pesawat dari Skadron No. 36 RAAF terbang dari Christchurch di Selandia Baru ke stasiun milik Amerika di McMurdo, Ross Island.
Direktur Divisi Antartika Australia Kim Ellis mengatakan, penerbangan dari Hobart ke Wilkins Aerodrome, Antartika ditempuh C-130J selama 7,5 jam.
Usai mendarat di landasan es sepanjang 3.500 meter, C-130J menurunkan 780 kg barang bantuan bagi para penjelajah (expeditioner) di dekat Stasiun Penelitian Casey.
Pesawat juga menurunkan bahan bakar yang dibawa di dalam kabin kargonya. Setelah itu, bahan bakar ini dipompakan lagi ke tangki C-130J untuk perjalanan pulang.
Penerbangan C-130J ke Kutub Selatan Bumi merupakan penerbangan terjauh Super Hercules RAAF selama ini.
Roni Sontani