ANGKASAREVIEW.COM – Menyusul Satuan Gegana Brimob Polri yang telah menggunakan kendaraan taktis (rantis) Wolf sejak 2013, selanjutnya giliran Satuan Sabhara Polri pada 2016 mulai mendatangkan rantis Tambora dari produsen yang sama yakni DPIC (Daeji Precision & Industries Co.) asal Negeri Ginseng, Korea Selatan.
Sobat AR, sepintas rantis Wolf dan Tambora memiliki kesamaan bentuk. Namun, bila dipandang lebih jauh baru terlihat perbedaan tampilannya.
Paling mudah diamati adalah jumlah daun pintunya. Pada rantis Wolf akses keluar masuk awak melalui dua pintu samping dan satu pintu belakang. Sedangkan Tambora melalui empat pintu samping plus satu pintu belakang.
Bodi samping rantis Wolf terlihat membentuk dua tekukkan berbentuk segitiga ke luar dari ujung lampu depan hingga buritan. Sedangkan pada Tambora bodi luarnya hampir terlihat rata tegak lurus.
Sementara itu untuk karakter muka (grill dan susunan lampu utama) hampir serupa, namun bagian bumper rantis Tambora terlihat ada tanduk tambahan mengapit rumah winch.
Seperti halnya Wolf, rantis Tambora dibuat menggunakan basis mobil Toyota Land Cruiser 4X4 yang terkenal tangguh beroperasi di segala medan. Kendaraan berbobot 12 ton ini digerakkan mesin diesel V8 DOHC Twin Turbo berkapasitas 4.500 cc dan berdaya 260 ps.
Di jalan datar rantis Tambora mampu melaju hingga 100 km/jam dengan jarak operasi di kisaran 700 km.
Baik rantis Wolf maupun Tambora dirancang DPIC sebagai kendaraan defensif multiperan termasuk angkut pasukan. Perusahaan memberinya nama sebutan sebagai DAPC (Daeji P&I Armored Personnel Carrier).
Dalam opersionalnya, rantis Tambora bisa digunakan untuk patroli keamanan dan menjaga ketertiban umum, antihuru-hara, kontra terorisme, juga pengawalan VIP.
Dalam kabinnya, rantis Tambora dapat dimuati 10 awak termasuk komandan dan pengemudi yang duduk terpisah di kabin depan. Selain itu di samping bodi luar tesedia pijakan kaki dan pipa pegangan tangan di atap dan tengah bodi untuk para personel yang menggantung di luar kabin saat melakukan operasi penyerbuan cepat.
Untuk tingkat perlindungan balistik, rantis Tambora berada pada level CEN B6/NIJ IIIA. Artinya dapat mengatasi senjata api kaliber ringan.
Tersedia sembilan lubang tembak dari dalam kabin. Sistem keamanan lain adalah jaring besi yang menutupi semua jendela untuk menahan lemparan batu, pukulan kayu atau pipa besi. Kaca jendela Tambora juga dibuat antipeluru.
Di atap tersedia pula pintu palka untuk akses keluar masuk atau mengintai. Sebagai opsi adalah turet (kubah) untuk beragam senjata pilihan seperti senapan mesin kaliber 7,62 mm. Rantis Tambora juga dilengkapi roda jenis run flat dengan ukuran 285/70R, menjadikan kendaraan ini masih dapat berlari 50 km/jam sejauh 5 km meskipun roda tertembus peluru.
Sobat AR, di Indonesia rantis Tambora disebar merata untuk Satuan Sabhara Polri Daerah. Selain digunakan sebagai wahana memobilisasi gerak pasukan, juga dipakai menghadapi beragam aksi unjuk rasa atau demonstrasi. Untuk itu rantis Tambora dilengkapi kamera CCTV 360 derajat serta tersedia perangkat untuk merekam aksi di luar.
Untuk menghalau dan membubarkan massa yang bertindak rusuh, rantis Tambora milik Satuan Sabhara Polri dilengkapi senjata berupa peluncur gas air mata multi laras di atas atapnya. Tersedia 12 munisi kaliber 37/38 mm yang dapat dilontarkan satu per satu atau secara simultan. Jangkauan tembak untuk sudut elevasi 0 derajat hingga 90 m, 15 derajat 110 m, dan 25 derajat sejauh 130 m.
Penamaan ‘Tambora’ sendiri diambil dari nama gunung berapi aktif di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ini merupaka sebuah penghargaan dari DPIC karena Indonesia sebagai pengguna pertama pada awal 2016.
Perusahaan DPIC sendiri baru memboyong rantis DAPC Tambora ke ajang internasional dalam pameran pertahanan IDEX di Abu Dhabi, UEA pada Februari 2017 silam.
Rangga Baswara Sawiyya