AKP Andri Maulana, Pilot CN295 Alumni SMK Penerbangan Bogor Ini Awali Karier sebagai Teknisi NC212 Polri

Roni Sontani

ANGKASAREVIEW.COMĀ – Satu dari empat pilot pesawat angkut multiguna CN295 milik Direktorat Polisi Udara (Ditpoludara) Polri, adalah Ajun Komisaris Polisi (AKP) Andri Maulana. Mengawali karier sebagai teknisi pesawat NC212-200 Polri, Andri kini duduk di kokpit pesawat CN295 dan menerbangkan para pejabat Polri maupun penumpang lainnya sesuai misi ke berbagai wilayah.

Kisah perjalanan Andri menjadi pilot CN295, dimulai ketika ia lulus dari SMK Penerbangan Bogor yang berlokasi di Lanud Atang Sendjaja, Semplak, Bogor. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan Ardhya Garini (YASARINI) TNI Angkatan Udara.

Usai lulus, Andri bersama beberapa teman satu angkatannya mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi penerimaan calon Bintara Polri. Ia bersama enam temannya pun lulus diterima di Polri dan mengikuti pendidikan Sekolah Bintara Polri Angkatan Pertama Pusdik Pondok Dayung Tahun 2004.

Berbekal ijazah SMK Penerbangan, setelah lulus dari pendidikan tersebut mereka pun mendapatkan penempatan di Ditpoludara, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Di Ditpoludara, Andri dan rekan-rekannya selanjutnya menjalani pendidikan sebagai teknisi pesawat NC212 selama enam bulan. Belum lama bertugas sebagai teknisi, di tahun 2004 itu Polri membutuhkan tambahan jumlah penerbang. Kebijakan khusus pun turun dari pimpinan dengan memberikan kesempatan kepada para teknisi pesawat Ditpoludara untuk ikut seleksi penerimaan penerbang Polri.

Dok Pribadi

Tak dinyana, anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua yang berprofesi sebagai penjahit baju/celana ini lulus seleksi penerimaan penerbang. Andri, kelahiran Jonggol, Bogor 30 Mei 1985 bersama mereka yang lulus kemudian dikirim ke Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug untuk mengikuti pendidikan di Jurusan Penerbang STPI Curug Angkatan 59 dan lulus tahun 2007.

Captain Pilot dengan 2.000 jam terbang

Lulus sebagai penerbang dari STPI Curug, Andri selanjutnya menjalani pendidikan lanjutan di Sekbang Polri Angkatan 1 Tahun 2007 untuk menjadi penerbang pesawat NC212-200 di Ditpoludara. Sejak tahun 2007 itu kini ia sudah membukukan 2.000 jam terbang di NC212-200 dan mencapai jenjang Captain Pilot termasuk di CN295 dengan kisaran 15 jam terbang.

Dok Pribadi

Untuk pendidikan pesawat CN295, Capt. Andri Maulana bersama tiga rekan penerbang dari Ditpoludara yakni AKP Hendri Susiadi, AKP M. Rahman Arip, dan AKP Didik Subandono dikirim ke Seville, Spanyol pada tahun 2017. Di fasilitas latihan Airbus itu selama 45 hari mereka mendapatkan pendidikan terbang menggunakan simulator C295.

Lulus dari sana, mereka pun mulai ikut menerbangkan CN295 di PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan pendampingan instruktur atau pilot senior CN295 dari PTDI dan TNI Angkatan Udara.

“Memang sesuai sertifikat dari Airbus itu kami para penerbang CN295 Polri masih harus mendapatkan pendampingan dari instruktur atau pilot senior CN295 selama kurang lebih satu bulan atau minimal 30 jam terbang. Di Indonesia pilot senior CN295 kan adanya di PTDI atau TNI AU sebagai pengguna lebih awal pesawat ini,” ujar lulusan pendidikan Secapa 36 Polri Tahun 2008 ini menjelaskan. Setelah itu, selanjutnya pilot-pilot Polisi Udara yang akan menerbangkan pesawat ini sesuai misinya.

Roni Sontani

Bicara soal jumlah pilot di Ditpoludara, kata Andri, ada sekira 150-an orang. Ditpoludara sendiri saat ini memiliki 11 pesawat sayap tetap (yaptap) dan 48 helikopter atau pesawat sayap putar (yaptar). Kedua penerbang pesawat ini dapat dikenali antara lain dari coverall yang mereka kenakan. Untuk penerbang sayap tetap menggunakan patch berkode F (fixed wing). Sedangkan untuk helikopter berkode H (helicopter).

Sebagai penerbang pesawat CN295 misalnya, Andri mengenakan pakaian terbang berwarna biru dengan patch C295 dari Airbus Defence & Space di lengan kanan, kemudian patch Ditpoludara di dada kanan, Wing Penerbang berikut nama di dada kiri, serta patch F-76 di lengan kiri yang menandakan ia pilot pesawat fixed wing dengan nomor urut ke-76 di Polri.

Banyak lulusan Curug

Dari jumlah 150-an penerbang, sejak tahun 2000-an Ditpoludara menerima banyak penerbang lulusan dari STPI Curug. Untuk tahun 2.000 saja ada sekira 20-an orang penerbang lulusan STPI Curug dari pendidikan taruna penerbang regulernya yang diterima di Ditpoludara. Kemudian, untuk pendidikan penerbangnya, Ditpoludara juga mengirim para calon penerbangnya sendiri guna mendapatkan pendidikan di STPI Curug.

Ditpoludara

“Jadi, kami ini banyak yang lulusan STPI Curug. Sumber penerimaannya saja yang beda, ada yang dari rekrutmen lulusan penerbang taruna reguler STPI dan ada yang dari hasil pengiriman calon penerbang Polri dari Ditpoludara ke STPI,” lanjutnya.

Sementara bicara soal lulusan dari SMK Penerbangan Bogor, lanjut Andri, jumlahnya di Ditpoludara juga cukup banyak. “Yang jadi pilot ada kurang lebih tujuh orang lulusan SMK Penerbangan Bogor,” ujar ayah dua anak putra-putri ini bangga.

Bicara mengenai kru di pesawat CN295, Andri menjelaskan untuk satu kali penerbangan jumlahnya bisa 5-6 orang. Terdiri dari pilot 2-3 orang, mekanik 2-3 orang dan pramugari 1-2 orang.

Dok Pribadi

“Tergantung misinya. Seperti untuk hari ini ada satu pilot dari TNI AU, dua pilot dari Polisi Udara, satu teknisi dari TNI AU, satu teknisi dari Polisi Udara, dan dua pramugari dari Polisi Udara,” terang Andri yang sehari-hari mengemban jabatan struktural sebagai Pewira Urusan Pergeseran Pasukan.

Pada Jumat, 7 September 2018, usai serah terima CN295 dari PTDI ke Polri, pesawat CN295 Polri dengan registrasi P-4501 ini langsung digunakan untuk penerbangan ke Jogja dan Solo membawa Kabaharkam Komjen Pol. Moechgiyarto dan para pejabat tinggi Polri lainnya.

Ditanya pendapatnya mengenai pesawat CN295, Andri mengakui CN295 merupakan pesawat yang bagus. “Saya kan dari NC212, besar dari pesawat ini. Kalau dibandingkan, secara umum CN295 ini pesawat yang bagus. Lompatan teknologinya cukup signifikan,” urai Andri.

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *