AIRSPACE REVIEW – Jet tempur siluman F-35 Lightning II telah mampu mengendalikan drone berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dikenal sebagai Collaborative Combat Aircraft (CCA). Hal ini dibuktikan oleh jet tempur generasi kelima milik Angkatan Udara AS (USAF) baru-baru ini, kata Lockheed Martin dalam rilisnya.
Dikatakan bahwa pengendalian CCA dilakukan oleh pilot F-35A dengan menggunakan perangkat layar sentuh seperti tablet di pesawat. Keberhasilan ini akan memberikan kontribusi penting dalam pertempuran di masa mendatang.
Sebelumnya, Lockheed Martin dan mitra industri terkait telah mengintegrasikan perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengendalikan drone pendamping dari F-35.
“Arsitektur yang mendukung AI ini memungkinkan Lockheed Martin tidak hanya membuktikan kemampuan kerja sama tim pesawat nirawak yang dipiloti, tetapi juga meningkatkannya secara bertahap, mewujudkan visi sistem Angkatan Udara AS,” jelas Lockheed Martin.
Selain F-35, F-22 juga sedang disiapkan untuk dapat melakukan tugas yang sama, mengendalikan CCA dari dalam pesawat.
Dalam kerja sama ini Divisi Skunk Works dari Lockheed Martin berkolaborasi dengan sejumlah instansi dan perusahaan lain seperti Laboratorium Kinerja Operator (OPL) Universitas Iowa, Shield AI, serta militer AS.
Sebelumnya pada bulan November 2024, Lockheed Martin mengumumkan telah melakukan uji coba bersama OPL dalam hal pengendalian dua jet L-39 Delfin oleh pilot dari dalam kokpit jet L-39 Albatros menggunakan antarmuka layar sentuh.
Hal ini yang tampaknya kemudian diimplementasikan dan didemonstrasikan pada jet F-35, lapor TWZ.
Terkait program CCA yang digelar oleh USAF, Anduril dan General Atomics saat ini sedang mengembangkan berbagai drone yang dikenal sebagai Increment 1.
Puluhan kontraktor lain juga sedang mengerjakan pengembangan tambahan, termasuk teknologi otonom dan sistem kontrolnya.
USAF masih menyempurnakan persyaratannya untuk Increment 2, tetapi mereka semakin diharapkan untuk meminta desain pesawat nirawak yang lebih canggih yang juga akan lebih mahal.
Sementara itu, Lockheed Martin tahun lalu mengatakan bahwa penawaran yang gagal untuk Increment 1 adalah pesawat nirawak “berlapis emas” yang sangat siluman. Sejak itu Lockheed Martin memokuskan kembali perhatiannya pada desain yang lebih murah, bahkan berpotensi sekali pakai.
Pejabat USAF mengatakan, kemungkinan besar USAF akan mengakuisisi 100 hingga 150 CCA Increment 1 dan ribuan pesawat nirawak di semua program tambahan.
USAF saat ini masih dalam proses mengembangkan konsep operasi dan taktik, teknik, dan prosedur baru untuk menggunakan pesawat nirawak CCA secara operasional.
Tampaknya F-35 dan F-22 akan lebih dulu digunakan bersama CCA sebagai sebuah kekuatan udara kolaboratif, dibanding jet tempur generasi keenam yang sedang dirancang.
Seperti diketahui, USAF berambisi untuk memiliki jet tempur generasi keenam yang dikenal sebagai Next Generation Air Dominance (NGAD).
Namun, pengembangan pesawat tersebut masih menghadapi kendala terkait anggaran sangat besar yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. (RNS)
“Tampaknya F-35 dan F-22 akan lebih dulu digunakan bersama CCA sebagai sebuah kekuatan udara kolaboratif, dibanding jet tempur generasi keenam yang sedang dirancang.”
Program NGAD sepertinya akan di nomor duakan, program CCA yang akan diprioritaskan selama pemerintahan Donald Trump 4 tahun ke depan
dan Rusiapun sedang menyimak
#noSu57noparty
!!!