AIRSPACE REVIEW – Angkatan Laut Iran (NEDAJA) dan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (NEDSA), pada 16 Januari 2025 telah mendapatkan rudal antikapal jarak jauh yang dikembangkan di dalam negeri.
Sebelumnya, rudal yang dinamai Abu Mahdi tersebut telah diperkenalkan pertama kali pada bulan Agustus 2020.
Salah satu fitur paling signifikan dari rudal Abu Mahdi adalah jangkauannya yang mencapai 1.000 km. Jangkauan ini tiga kali lipat jangkauan rudal antikapal lokal yang ada seperti rudal Raad 350 km dan Qadir 300 km.
Peningkatan jangkauan ini memungkinkan Iran untuk memproyeksikan kekuatannya lebih jauh, sehingga mempersulit kemampuan musuh untuk beroperasi di dekat garis pantainya.
Selain itu, rudal Abu Mahdi juga dilengkapi dengan teknologi mutakhir, termasuk panduan yang didukung kecerdasan buatan (AI).
Dengan teknologi pintar tersebut memungkinkan rudal melakukan manuver saat terbang untuk menghindari deteksi radar lawan melalui pola terbang di ketinggian rendah dan perubahan arah yang tidak terduga.
Abu Mahdi dibekali dengan pencari mode ganda yang menggabungkan sistem pelacak radar aktif dan pasif. Teknologi ini dirancang untuk memastikan presisi tinggi bahkan dalam menghadapi upaya peperangan elektronik lawan.
Fitur-fitur tersebut membuat rudal sangat efektif terhadap target yang dijaga ketat seperti kapal induk, termasuk juga kapal permukaan lainnya yang dilengkapi dengan sistem pertahanan udara canggih sekalipun.
Sebanyak dua rudal Abu Mahdi ditempatkan dalam kotak peluncur, dipasang pada truk angkut berat komersial sehingga meningkatkan mobilitasnya.
Kehadiran rudal berbasis pesisir Abu Mahdi merupakan komponen penting dari strategi militer Iran untuk mempertahankan perbatasan maritimnya dan memberikan pengaruh atas Selat Hormuz yang dilalui sebagian besar pengiriman minyak global. (RBS)
“Kehadiran rudal berbasis pesisir Abu Mahdi merupakan komponen penting dari strategi militer Iran untuk mempertahankan perbatasan maritimnya dan memberikan pengaruh atas Selat Hormuz yang dilalui sebagian besar pengiriman minyak global.”
Selain itu, sengketa ladang gas Teluk Persia terjadi antara Iran, Arab Saudi, dan Kuwait juga ikut berpengaruh karena sengketa ini menjadi tantangan awal bagi pemulihan hubungan Iran dan Arab Saudi yang berhasil ditengahi Tiongkok untuk mendamaikan dua pesaing regional, Arab Saudi dan Iran