Terkini: Pemerintahan Trump mungkin akan membatalkan program jet tempur generasi keenam NGAD yang mahal

Loyal wingman mendampingi NGADCollins Aerospace

AIRSPACE REVIEW – Masa depan program jet tempur Dominasi Udara Generasi Berikutnya (NGAD) Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) berada pada ketidakpastian saat pemerintahan Presiden Trump yang akan datang mengisyaratkan potensi pergeseran dalam prioritas pertahanan.

NGAD yang direncanakan sebagai jet tempur generasi keenam untuk menggantikan Lockheed Martin F-22 Raptor ini telah menghadapi pengawasan ketat atas proyeksi biaya dan kelayakannya.

Pertama kali diperkenalkan pada September 2020, NGAD digambarkan sebagai platform mutakhir yang memadukan teknologi siluman dan kemampuan tempur sangat canggih.

Namun, dengan perkiraan harga yang jauh lebih tinggi dari F-35, kekhawatiran tentang keterjangkauan harga meningkat, terutama karena negara-negara pesaing seperti China mempercepat kemajuan mereka dalam penerbangan militer.

Sementara itu, Elon Musk, penasihat utama Presiden terpilih Donald Trump dan pengkritik vokal jet tempur berawak tradisional, secara terbuka mempertanyakan relevansi program semacam itu di era sistem tak berawak yang canggih.

“Desain F-35 rusak pada tingkat persyaratan,” Musk menyatakan di platform media sosialnya, X. Jet tempur berawak sudah usang di era drone. Hanya akan membuat pilot terbunuh, imbuh Musk.

Perspektif ini sejalan dengan meningkatnya seruan dalam komunitas pertahanan untuk beralih ke sistem tempur tak berawak atau hibrida yang memanfaatkan kecerdasan buatan dan otomatisasi.

Di Konferensi Udara, Antariksa & Siber awal tahun ini, Menteri Angkatan Udara Frank Kendall mengakui adanya tantangan dalam mengelola biaya program NGAD.

Kendall menyarankan agar modifikasi desain, termasuk penyesuaian jangkauan, muatan, dan konfigurasi mesin, dapat menurunkan biaya pesawat tempur di bawah ambang batas 80 juta hingga 100 juta dolar AS seperti biaya F-35.

Salah satu solusi yang diusulkan melibatkan pengintegrasian Collaborative Combat Aircraft (CCA), yakni sistem otonom yang dirancang untuk menjalankan fungsi misi tertentu bersama pesawat berawak.

CCA, dengan target harga 25 juta dolar AS per unit, dapat mengurangi beban keseluruhan NGAD sekaligus mempertahankan efektivitasnya di lingkungan yang diperebutkan.

Sementara pemerintahan Trump belum mengumumkan posisi resminya, analis pertahanan menyarankan bahwa masa depan program NGAD mungkin bergantung pada kemampuannya untuk memberikan kemampuan yang hemat biaya.

Ada spekulasi bahwa pemerintahan baru yang akan dilantik pada 20 Januari 2025 ini dapat mengalihkan fokus ke pengembangan pesawat tempur generasi kelima yang lebih ringan dan lebih serbaguna daripada mengejar konsep NGAD yang ambisius.

Potensi perubahan ini telah memicu perdebatan di kalangan militer tentang keseimbangan antara inovasi dan kepraktisan.

Para pendukung NGAD berpendapat bahwa mempertahankan superioritas udara memerlukan investasi dalam teknologi paling canggih, sementara para kritikus menyoroti biaya program di tengah keterbatasan anggaran yang lebih luas.

Ketika pemerintahan Trump bersiap untuk memangku jabatan, nasib program NGAD akan menjadi ujian penentu bagi kemampuan Angkatan Udara AS untuk beradaptasi dengan perubahan prioritas dan munculnya ancaman global.

Di saat program NGAD yang tak menentu nasibnya ini, China justru membuat gebrakan dengan menerbangkan perdana dua jet tempur generasi keenam-nya secara serempak pada 26 Desember 2024 lalu.

Kali ini China selangkah lebih maju dalam pengembangan jet tempur generasi keenam dibandingkan negara Barat. (RBS)

One Reply to “Terkini: Pemerintahan Trump mungkin akan membatalkan program jet tempur generasi keenam NGAD yang mahal”

  1. Program NGAD “batal” gantinya adalah Collaborative Combat Aircraft (CCA) ? hmm…ini menarik, dimana UCAV yang secara umum dianggap setara dengan loyal wingman, CCA dimaksudkan untuk beroperasi dalam tim kolaboratif dengan pesawat tempur berawak generasi berikutnya, termasuk pesawat tempur generasi ke-5 dan pembom generasi ke-6 seperti B-21 Raider. Tidak seperti UCAV konvensional pada umumnya, CCA menggabungkan kecerdasan buatan (AI) yang dilambangkan sebagai “paket otonomi” yang meningkatkan kemampuan bertahannya di medan perang.

    Penerapan CCA secara kolaboratif dan berfokus pada misi dalam skala besar dipandang sebagai solusi yang hemat biaya dan pragmatis untuk memiliki kapasitas kekuatan udara yang tangguh dalam merespons proliferasi jet tempur siluman musuh dalam sebuah pertempuran udara masa depan.

    Hal ini mungkin sesuai dengan “imajinasi” Elon Musk terkait pesawat tempur tanpa awak di masa depan karena akan memainkan peranan penting beroperasi di garis terdepan melindungi pesawat tempur maupun pembom berawak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *